Umroh 2022, Berkunjung ke Kota Madinah di Masa Pandemi

 




Assalamualaikum,

Membaca judulnya di masa pandemi, membingungkan memang. Apakah sudah beralih ke endemi atau belum, wallahualam. Yang pasti, yang saya lihat ketika umroh kondisi sudah kembali normal meski ada beberapa kebijakan yang berbeda jika dibandingkan sebelum munculnya Covid-19.

Alhamdulillah, untuk ketiga kalinya Allah memanggil saya untuk kembali ke Tanah Suci Mekkah dan Madinah untuk umroh. Saya sangat meyakini. pergi umroh itu bukan menunjukkan seseorang itu kaya (banyak uang) atau tidak.  Tapi lebih kepada Allah memanggil dia, mengundang untuk datang dan berserah diri untuk menginjakkan kaki di bumi para Nabi. Dan jika Allah sudah memanggil, akan dicukupkan rejekinya agar bisa berkunjung ke Baitullah. 


Masjid Nabawi (foto: Alia Fathiyah)

Baca juga:
- Pengalaman Ngopi di Kedai Cafe di Instanbul
Pengalaman Belanja di Outlet Munira Turki, Ini Tips nya Agar Gak Kemahalan

Kali ini saya akan bercerita dulu soal Madinah

Kota Madinah memiliki rasa khusus di hati. Entah kenapa sejak pertama datang saya sudah jatuh cinta dengan Madinah, terutama Masjid Nabawi. Kota yang dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi menjulang, dengan jalanan yang luas membentang di sepanjang kota menuju Masjid Nabawi.

Saat 2 umroh sebelumnya saya berkunjung di bulan Maret, dan masih ada hawa dingin. Suhu 16 derajat dan anginnya kencang, dingin tapi nyaman. Menyejukkan. Tapi saat saya ke Madinah di bulan September ini, ternyata masih suasana musim panas dan suhu 44 derajat. Jauh banget kan.

Lumayan kaget dan surprise ketika masuk ke Kota Madinah disambut dengan hawa panas, beneran panas. Meski panas terik dan berkeringat (tapi gak banyak), entah kenapa badan dan baju nggak berbau. Serius, itulah indahnya tanah Haram. Coba kalau di Indonesia, apalagi Jakarta, kena panas sedikit badan udah bau asem. Air kran di hotel pun menjadi panas, kebayang bagaimana saat mandi dengan air yang suhunya nyaris mendidih itu. 

Suasana saat makan di hotel


Saya menginap di Hotel Jawharat, untuk masuk ke Nabawi tertulis pintu 310. Ini sangat berbeda meski hanya berjarak 3 tahun (2019) sejak terakhir saya berkunjung ke sana.

Nomor pintu masuk gerbang di Masjid Nabawi sudah diganti dengan angka-angka besar, ratusan, padahal dulu masih di angka belasan. Saya mencoba mencari lokasi yang dulu sering saya datangi, sudah berubah sekali. Ketika masuk Nabawi posisi saya itu langsung menghadap orang bersujud (jadi saya berlawanan dengan Kiblat). Sedangkan dulu saya masuk dari arah tengah.

Baca:
- Cari Jaket Winter Murah di Pasar Senen, Cuma Rp 85 Ribu
Berkunjung ke Anitkabir, Makam Mustafa Kemal Ataturk di Ankara Turki
- Hidden Gems, Beli Souvenir Malaysia yang Murah
Itinerary 4D3N Murah Meriah ke Kuala Lumpur
Pengalaman Belanja di Outlet Munira Turki, Ini Tips nya Agar Gak Kemahalan

Saya mencoba me-remind posisi mana saya dulu menginap. Saya juga mencari tugu jam yang berada di luar Nabawi yang banyak sekali burung berterbangan. Lantaran cuaca yang sangat panas terik, saya mengurungkan niat untuk mencari karena luasnya kota di Madinah sekitar Nabawi itu.

Penasaran, saya bertanya kepada Muthowif (Ustadz yang mendampingi jamaah dan berdomisil di sana). saya terkejut ketika ustadz mengatakan kalau tugu jam sudah dirobohkan. dan Pintu utama gerbang Nabawi itu sekarang diganti menjadi 331-332 yang dulunya nomor 22-21.

"Sudah dirobohkan dan sekarang diganti dengan kursi dan banyak kafe," kata ustadz.

Ini area pintu 310 menuju Gerbang Nabawi. Di sini burung berkumpul (Foto: Alia Fathiyah)

Foto: Alia Fathiyah

Lalu saya mencoba telusuri pintu utama Nabawi itu sekaligus mencari toko serba 2 riyal yang dulu banyak bertebaran. Belanja di toko serba 2 riyal ini murah, jika pintar memilih bisa mendapatkan barang bagus. Kini toko serba 2 riyal hanya ada beberapa saja dan barangnya jelek, diganti dengan serba 3 riyal. Kursnya sekarang Rp 4000, kalau dulu di 2019 masih Rp 3500.

Ternyata kawasan itu  sudah sepi. Masih ada jamaah yang menginap tapi tidak sebanyak dulu. Banyak toko yang masih tutup sejak pertama pandemi, ada juga satu hotel yang sudah tutup. Bahkan restauran Indonesia yang berada di atas dan naik eskalator itu sudah berantakan, tebu tebal dan ditutup. Terlihat gelap di dalam. Eskalatornya terlihat makrak.

Di atas itu Restoran Indonesia (Foto: Alia Fathiyah)



Sayang sekali memang. Padahal makan di sini untuk memenuhi rasa kangen masakan Indonesia jika di Madinah. Di restauran itu ada bakwan sayur yang rasanya mirip kayak di Jakarta, ada sayur toge, kangkung, sambal, enak banget. Harga juga gak terlalu mahal. Saya yang sejak di Indonesia sudah berencana akan makan di sana, musnah sudah. Harus terpaksa menelan makanan hotel yang kateringnya dari India. Untung saya membawa sambal, jadi lumayan terhiburlah.

Baca Juga:
- Barang yang Perlu Dibawa untuk Umrah
- Pengalaman Pakai JavaMifi ketika Umrah

Ujian umroh

Umroh kali ini saya merasa mendapatkan ujian sakit. Ketika keberangkatan, tenggorokan, hidung dan suara sudah berubah. Meski hanya suara serak, tapi capek jika berkomunikasi. Jadi saya lebih banyak diam, tak bicara.  Lucunya, teman seperjalanan mengira itu suasa asli saya.

"Suaranya bagus kak, seksi," kata salah satu teman perjalanan. Saya ketawa mau ngakak susah, akhirnya menyahut saja. " Ini lagi pilek bu."

Mumpung ngak ada Askar pepotoan di dalam Nabawi. Atap itu kalau sore tertutup


Diye nggak tahu kalau suara saya udah normal, bakal bikin pusing kepala dan kuping ngilu hahahahah.

Alhasil selama di Madinah saya tidak bisa bebas makananya. Pernah nekat, karena laper banget saya beli KFC, taukan gorengan semua itu. Wah, langsung tenggorokan gatel dan selama sholat batuk terus. Parahnya lagi, malamnya saya makan ayam goreng Al Baik, udah wassalam deh itu batuk dimana-mana. Ehtapi memang lagi musim batuk sih, ketika solat terdengar batuk dari berbagai arah di dalam masjid (berasa ada temen). 

KFC di Madinah

Ayam Al Baik 20 Riyal


Ikhtiar saya udah minun obat, udah berdoa dengan air zamzam, udah selalu minum air hangat, suara dan batuk ini masih betah bertahan. Soal masker, hampir semua orang di sana tidak mengenakan masker, meski beberapa masih setia dengan maskernya, salah satunya saya. Sadar diri juga sedang batuk, masker ini tidak lepas dari wajah meski sedang sholat.

Ke Raudhah, Makam Nabi Muhammad SAW

Habis solat subuh menunggu untuk ke Raudhah



Ini Raudhah, Taman Surga. Foto diambil saat Askar sibuk mengatur jamaah


Raudhah dari segi bahasa berarti taman, dalam salah satu hadistnya, Rasulullah bersabda, "antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga.”

Sejak pandemi ada beberapa perubahan kebijakan salah satunya masuk ke Raudhah, tempat makam Rasulullah dan sahabatnya Abu Bakar Ash Shidiq. Dulu, sebelum pandemi ada beberapa jadwal ke Raudhah bagi wanita dan bebas masuk meski harus antri. Saya bisa sampai 3 kali ke Raudhah.

Tapi kini lebih sulit, harus bersama ustazah wanita yang sebelumnya sudah mendaftar hingga mendapatkan permit (surat izin). Dalam satu grup harus antri dan berhati-hati lantaran suka ada jamaah dari negara lain yang menyelip. Ini waktu kami antri setelah sholat shubuh, banyak sekali jamaah dari Afganistan, usbekistan dan sejenisnya berusaha menyelinap di dalam barisan. Dan dengan galaknya kita menolak mereka.

"No! No!!"

Setelah masuk berjalan agak ke dalam dan ditandai dengan sajadah berwarna hijau, mulailah solat dan berdoa. Ini lebih enaknya diatur oleh ustazah dengan mencari area untuk kita sholat dan berdoa. Alhamdulillah bisa sholat berkali-kali di sini. Balik dari masjid semua jamaah mata sembab dan bengkak.




Foto: Alia Fathiyah




Tips:

1. Jika yang sudah pernah umroh pasti tau jarak toilet ke mesjid. Apalagi jika tiba-tiba harus ke toilet padahal posisi udah di dalam masjid Nabawi. Bisa banget pas balik ke masjid sudah ditutup dan nggak bisa masuk lagi. Pengalaman saya menjelang magrib,  saya telat dan sudah ditutup. Askar perempuanya galak dan tegas. Tak lama seorang wanita asal Indonesia datang dan nggak bisa masuk, padahal dia sudah menjelaskan habis wudhu dan mukenanya di dalam masjid. Si Askar nggak perduli.

"After magrib you can back here!!," katanya tegas sambil sibuk mengatur jamaah lain yang nyolot akan masuk masjid. Terpaksa saya solat di pelataran masjid, meski di dalam masjid tetntu lebih enak dengan ruangan yang adem dan nyaman.

2. Datang ke Masjid Nabawi minimal 20 menit sebelum azan. Tas akan diperiksa di depan pintu.

3. Membawa plastik untuk sendal. Di tahun 2019 sudah disediakan plastik untuk sendal tapi kali ini sudah tidak ada.

4. Jika ingin stay lama di masjid, siapkan makanan dan tumbler. Kalau minuman sudah ada air zamzam tinggal tuang ke tumbler. Kayak saya pernah habis zuhur bablas sampai Isya di dalam masjid. Soalnya Nabawi itu enak banget, hommy, mager untuk ke hotel. Saya membawa bekal telur rebus yang selalu ada di hotel.



5. Jika sering bolak balik toilet, lebih baik solat dekat dengan pintu Nabawi di 16. Karena agak ke belakang toiletnya dan sepi

6. Jika pergi di musim dingin dengan suhu di bawah 20 derajat, baiknya membawa jaket ke mesjid. Karena di dalam mesjid juga ada Ac yang dingin.

7. Di dalam masjid jangan banyak main HP, itikaf dengan membaca Al Quran, membaca doa-doa. Saya jika di dalam masjid, paket data saya off. Biar tenang aja ibadahnya.

Next: Tulisan ketika di Mekkah, Insya Allah


Semoga Bermanfaat

Alia F



2 comments

  1. Aku kangen dengan Madinah ❤️. Sama mba, aku pun lebih suka Madinah selama umroh kemarin. Kayak lebih berbekas aja di hati. Lebih teratur, lebih rapi kotanya. Berarti udh banyak perubahan yaaa. Aku trakhir kesana Desember 2018. Memang sengaja harus Desember, Krn aku ga kuat panas. Jadi supaya ibadah lebih khusyuk, makanya pilih Desember. Dingiiiin, enak banget cuacanya.

    Baru tau kalo banyak tempat yg udh tutup :(. Semoga aja nanti semuanya balik normal Yaa. Aku kangen dengan eskrim yang di jual di sana 😄. Walo dingin, tapi es krim wajib aku coba tiap hari 😅. Beda aja rasa eskrim mereka, lebih creamy

    ReplyDelete
    Replies
    1. Madinah dan masjid nabawi homie ya. Es krim di Mekkah yang bikin nagih, karena batuk aku nekat cobain hari terakhir abis thawaf wada. Daripada kepikiran gak tau balik lagi kapan, batuk belakangan hiihihihihi

      Delete