Jadi Freelancer, Pengalaman Bekerja di Co-working Space- aliaef.com
Assalamualaikum,
Co- Working Space atau tempat bekerja bersama sudah menjamur, terutama di kota besar. Banyaknya pekerja lepas (freelancer) atau start up yang masih baru, menyewa ruang di tempat ini salah satu solusi mengingat menyewa kantor sangat mahal.
Nah, belum lama saya mencoba bekerja di Co-working Space. Saya yang sudah 6 tahun menjadi freelancer, saat itu memang butuh ruang untuk kerja agar bisa konsentrasi lepas dari urusan rumah. Jadi belum lama saya dapat job untuk menulis buku, dan ini pertama kali menjadi ghost writer, atau penulis buku tanpa nama. Jadi seseorang pingin membuat buku tapi lantaran tidak bisa menulis dia menyewa orang , lalu buku tersebut diklaim atas nama dia. Ini sah-sah saja asal ada kesepakatan awal dengan penulis.
Ini ruang kerja gue di Co-working Space |
Baca:
- Pengalaman Akun Instagram Diambil Hacker Turki Lalu Dikembalikan
- Cerita setelah 1 Tahun Berobat Tumor ke dr Paulus W Halim di BSD City
- Hindari Hoax, Pahami Dulu Efek Samping 2 Vaksin Corona Ini
So....job menulis buku itu terbilang mendadak dan saya hanya dikasih waktu 10 hari. Emejingkan? Rezeki datang pantang ditolak, apalagi untuk seorang freelancer. Saya harus menulis buku minibiografi dari seorang pengusaha yang telah berusia 72 tahun, beliau akan merayakan ulang tahun. Lalu anak dan menantunya ingin menghadiahkan sebuah buku sebagai ucapan terima kasih.
Lantaran masih pandemi, wawancara dilakukan lewat telpon dan lumayan menguras pikiran juga pulsa ya. Apalagi harus membuat sebuah buku yang kita nggak tahu orangnya seperti apa, sifatnya, karakternya dan kepribadiannya. ketika browsing pun sosok beliau juga terbilang minim. Jadi hanya lewat cerita dari keluarganya.
Okeh satu persatu wawancara, lalu untuk mengakali agar bisa selesai sesuai target deadline, habis wawancara saya langsung menulis. Habis sholat shubuh sampai malam saya menulis nangkring terus di depan laptop, pastinya disela dengan urusan rumah tangga. Lima hari sudah berjalan, tulisan mentok di halaman 20. Saya salut dengan J.K. Rowling, penulis buku Harry Potter. Dia bisa menulis novel tebal sambil mengurus anaknya. Menjadi best seller lagi. Kok saya susah ya? Kebetulan saya masih ada anak kecil 6 tahun, anaknya emang cakep banget kelakuannya. Kalau emaknya udah di depan laptop atau HP, dia mulai bertingkah. Cari perhatian, ada aja yang dikerjain. Saya harus perhatiin dan berdekatan dengan dia terus So.. saya memutuskan untuk bekerja di Co-working Space di Gading Serpong.
Ke Co-Working Space
Lalu browsing di mana lokasi terdekat dengan rumah. Sebenarnya pernah menulis Co-working Space di The Breeze BSD, Co-Hive, tapi agak ribet karena harus masuk ke dalam dan parkirnya mihil. Lalu saya memutuskan di StartSpace di Gading Serpong. Lokasi pinggir jalan, tinggal dianter si sulung saya jalan sedikit sampai deh.
Pertama masuk desainnya udah menarik, banyak sofa dan front office. Sebelum datang, saya telpon mereka yang mengatakan perhari Rp 65 ribu, include masker dan voucher Rp 15 ribu untuk makan di resto mereka. Ternyata membeli masker nggak wajib, so saya cuma bayar Rp 55 ribu include voucher. Termasuk murah sih, pesan makanan untuk lunch hanya menambah Rp 16.000 nasi dan ayam aja (kalau makanannya emang mihil menurut gue). Orang yang kerja disitu nggak ada pilihan lain toh, mau nggak mau pesan. Karena terbilang praktis, kita masih tetap stay di meja kerja, tinggal scan QR code tersambung ke WhatsApp, ada menu tersedia kita pesan tak lama diantar. Bayarnya pas pulang, pembayaran non cash yaaa. Saya bayar pakai gesek atau GoPay.
Baca:
- Pengalaman ke Pantjoran PIK 2, Jakarta Utara Susahnya Cari Makanan Halal
- Pengalaman Akun Instagram Diambil Hacker Turki Lalu Dikembalikan
Okeh, bayar, masuk ke dalam harus lewat gate sekaligus memeriksa suhu tubuh. Terlihat warna hijau itu artinya aman. Naik ke atas lantai 2 sudah ada jejeran meja panjang. Ruangannya luas, ada juga untuk lesehan yang disediakan bantal besar, lalu ada ruang kedap suara untuk telpon dan teras atas untuk yang merokok. Juga ada mushola kecil. Sedangkan lantai 3 itu lebih kepada ruang yang disekat-sekat. Ini sepertinya untuk perusahaan yang baru merintis dengan karyawan 3-4 orang. Atau menyewa untuk webinar, meeting dan lainnya. Di pojokan ada dapur tersedia kopi, air panas dingin, microwave.
Ini restonya geyss |
Saya memilih di lantai 2, kursi dan meja yang di tengahnya ada lampu untuk satu orang. Lalu ada sekat dari kaca yang bisa dicoret-coret paka spidol. Menurut saya ini udah oke banget, mendukung banget bagi freelancer atau yang bekerja remote.
Alhamduilillah, wifinya juga kenceng dan selama bekerja di Co-working Space bisa fokus menulis sekaligus wawancara. Buat saya seru ya, kangen kerja kantoran jadinya. Alhamdulillah 9 hari buku selesai, tinggal menunggu editan atau perubahan dari klien.
So..yang mau bekerja di Co-working Space dicobalah. Tapi pastinya berbeda di tiap tempat yaaa.
Semoga Bermanfaat
Alia Fathiyah
Kayaknya sih seru nih mbak. Bosen juga sih WFH di rumah terus. Ganti ah ke WFC, work from co-working space :D
ReplyDeletehehehe cobain kak cari suasana baru
Delete