Assalamualaikum, Hidden Gems Warung Tuman BSD-aliaef.com
Suatu siang pada weekdays, paksu ngajakin makan di Warung Tuman, di BSD. Nggak jauh dari rumah. Jujur, gw nggak ngeh sama ini warung yang katanya viral. Berbekal gmaps, kita mulailah menyusuri jalaann lewat jalan Ciater (padahal pas pulangnya lebih deket lewat kawasan belakang stasiun Rawa Buntu, atau SMPN 11 Tangsel. Jalanannya besar lagi).
Baca:
- 4 Tips Menjaga Stamina Tubuh di Masa Pandemi
- Akhirnya Pelihara Kucing
Agak sangsi waktu melewati jalan kampung yang sebenarnya cuma bisa untuk satu mobil. Jalannya seksi banget, bisa senggol kalau mobil gede dan nggak jago nyetir. Gue mah sebagai bini yang penurut yaaaaa, hayo aja ngikut apalagi kalau makan gratis (Lols).
Antri pesan makanan |
Jalannya sumpah sempit banget, gw menerka nerka ini warung kayak gimana sampai paksu ngotot banget. Dan gue juga nggak brosing dulu, habis nggak minat gitu. Yang bikin lama sampai disebabkan jalanannya kecil dan jika ada mobil dari arah berlawanan, harus minggir dulu. Terus makin mendekati lokasinya, terlihat banyak mobil-mobil bagus yang parkir. Itu juga parkirnya sembarangan, artinya nggak ada lahan khusus untuk parkir. Jadi di sela-sela rumah penduduk, segala mobil Range Rover, dan Alphard asik nongkrong di situ. Setelah parkir yang diberi petunjuk sama kang parkir, gue melihat sekeliling. Jalannya berantakan, gak ada jalan aspal.
Lalu kita jalan menuju lokasi dari tempat parkir. Ada mulai terlihat keramaian, dan beberapa orang berjualan di pinggir jalan. Ala-ala kerupuk yang berbagai macam, tape uli, pisang dan makanan kampung lainnya.
Baca:
- Cara Daftar Kuliah di Malaysia tanpa Agen
-Cari Info Kuliah di Malaysia Katanya Lebih Murah, Ada 1 Semester Hanya Rp 10 Juta
Pas sampai sudah terlihat ramai, bertebaran orang dimana-mana. Nggak ngaruh kayaknya covid-19, kayak gue juga yakss, Lols. Bingung juga mau mulai dari mana. Mau tanya ke siapa? Semua terlihat sama, nggak tau mana petugas Warung Tuman karena nggak ada seragam khusus.
Saking bingungnya gue ikutan antri di dekat pintu masuk dan keluar, itu juga disuruh paksu. Katanya harus daftar dulu. Agak lama itu, emang sotoy juga si kenapa nggak tanya. Setelah lamaan baru tau ternyata itu antrian bayar, wkwkwkw efek jadi bini penurut dan sotoy.
Lalu masuk ke dalam dan ikut antri di depan makanan, sedangkan si sulung cari tempat kosong. Banyak kaleng kerupruk besar ditempatkan di tengah ruangan. Kursi rata-rata dari kayu dan rotan. Kursinya aja dari box kayu yang biasanya dipakai untuk pengiriman barang. Untuk kursi dan meja lebih banyak di dalam ruangan, maksudnya ada atap tanpa ada sekat atau tembok. Sisanya di kebon lesehan dengan tikar. Ramai juga, untuk area meja dan kursi sudah penuh, sisanya tikar yang lesehan dan tempatnya di ujung belakang. Ada ayam yang nemenin makan, wkwkwkw.
Lumayan lama juga antri sambil lihat-lihat menu makanan yang ada di standing banner. Jadi nggak ada tuh menu makanan yang kita temuin di resto umumnya, hanya list menu di situ aja. Pilihannya kurang banyak untuk ukuran resto dua suku, kabarnya ini warung makan untuk Jawa dan Padang. Ada dendeng batoko sambel hijau, mangut pari asap, nila calabatuik, gulai bareh, ayam kampung goreng kremes, sop ayam kampung, tumis bunga pepaya, dan lainnya. Minumannya juga banyak pilihan si. Sayangnya di sini nyaris nggak ada sayuran, hanya tumis bunga daun pepaya itupun nggak semua orang suka dan sop.
Gue lebih memilih telor dadar yang kabarnya jadi favorit karena renyah. Telornya mengingatkan gue ketika berkunjung ke Warung Kopi Klotok di Yogyakarta. Kabarnya telur ini most wanted. Lalu Nila calabatuik, ayam goreng, tumir bunga pepaya, tahu selimut, tempe mendoan, dan minum teh hangat, es teh manis dan es jeruk. Kata paksu ini semua total Rp 200 ribu, nggak ada rincian harga.
Setelah memesan kita kembali ke tempat duduk, nanti mereka yang mengantar. Lantaran nggak pakai nomor di meja, jadi yang anter makanan akan teriak memanggi nama kita. Mendadak jadi tarzan banyak teriakan pokoknya, Lols.
Agak lama juga menunggu, yang pertama datang minuman. Lalu tak lama makanan, kurleb menunggu 30 menit. Lantaran makan di outdoor, maklum juga kalau ada lalat, dan ayam yang keliling kayak satpam.
Semuanya disajikan dengan piring kaleng dan gelas kaleng (enamel). Jadi berasa kayak di kampung. Seru si.
Ini menunya |
Area tiker |
So?
Ini komentar gue.
Menariknya dibandingkan dengan resto outdoor kebanyakan, Warung Tuman ditata seperti ndeso atau kampung. Untuk orang kota suasana ini tentu unik. Mungkin suasana kayak gini cuma bisa ditemuin di warung di Yogya sekalian. Kalau menurut gue konsepnya agak mirip Warung Klotok Yogya.
Buat gue kurang dapet feel kampung yang ingin ditawarkan Warung Tuman. Kayaknya nanggung, mungkin kepentok lahan. Untuk ukuran rumah-rumah di dekat situ lahannya Warung Tuman terbilang luas. Selain itu, saking rame nya jadi gak bisa menikmati suasana Warung Tuman yang asli, di sana cuma beneran pingin nyobain makanan tanpa bisa menikmati atmospher Warung Tuman.
Rasa makanannya buat gue nggak terlalu istimewa. I tell the truth ya. Nggak ada rasa unik yang menjadi khas dari Warung Tuman. Sedangkan Paksu mengaku ikan Nila nya enak, telornya juga enak dan rasanya pas. Kalau si sulung juga bilang biasa aja. Jadi so so.
Jadi soal rasa itu relatif, tergantung kesukaan masing-masing orang. Kalau misal penasaran, silahkan datang. Tapi siap-siap aja lewat jalanan yang seksi itu.
Kalau mau gue kasih clue yang gampang dan nggak susah, elo brosing aja arah SMPN 11 Tangsel, atau Amore Animal Clinic, Kencana Loka BSD. Dari sana lurus aja, ketika ada belokan ke kanan lo lurus lagi masuk jalan lebih sempit, nah dari sana cari deh lewat gmaps. Dibanding lewat Ciater, parah banget jalannya ke dalem.
Waktu ke sana kita sempat merasakan hujan, jadi semua pengunjung berkumpul di area yang ada atap. Tiker diangkut. Tapi tenang banyak ojek payung. Warung Tuman ini juga membuka rezeki bagi warga sekitarnya, keren. Oiya kata pemiliknya, Pak Eko kalau mau ke sana berama-ramai lebih baik pesan dulu aja lewat telpon.
Semoga Bermanfaat
Alia Fathiyah
No comments