Pengalaman Beribadah Umrah Kedua Kalinya


Assalamualaiku, genks

Pingin berbagi cerita ketika umrah. Semoga ceritanya bisa menambah semangat untuk menabung dan pergi umrah yes, Aamiin.

Ketika pertama kali umrah, 8 tahun lalu, tepatnya tahun 2011, perasaan ini sangat membuncah. Rasa syukur diucapkan berulang-ulang, excited bisa melihat Ka'bah dan Masjidil Haram secara langsung. Yang selama ini hanya bisa dilihat di sajadah ketika shalat. Pokoknya deg-degan banget, saya sangat bersyukur, apalagi saat itu saya mendapatkannya secara gratis, dapat doorprize dari kantor.  Alhamdulillah.
umrah 2019



umrah 2011


Baca:

- Pengalaman Belanja Murah di Madinah dan Mekkah, di sela-sela Umrah
Pengalaman Berobat Tumor di Dr Paulus W Halim BSD City
- Cara Daftar Haji di Kabupaten Tangerang

Saat itu, detik-detik ketika masuk ke Masjidil Haram dan langsung melihat Ka'bah,  bercucuran air mata, sangat bersyukur, Ka'bah berdiri tegap dan agung di depan mata. Kayak nggak percaya ada Ka'bah yang bisa disentuh dan bisa melihat langsung. Benda segiempat berwarna hitam yang berdiri tegak menjulang. Magnetnya sangat kuat, seluruh umat Islam sholat menghadap nya.

Setelah itu saya sempat berfikir, apakah nanti jika umrah lagi akan sama perasaanya? Atau cuek aja karena udah pernah melhatnya?

Pertanyaan itu terjawab ketika saya umrah pada 25 Maret 2019 kemarin. Ternyata perasaan ini masih sama. Deg-degan, bersyukur Allah memanggil lagi ke Tanah Haram, yang nggak bisa semua orang mendapatkan kesempatan itu. Menangis lagi ketika melihat Ka'bah. Bisa lagi menginjakkan kaki di Bumi Para Nabi.

Mekkah dan Madinah, Buminya Para Nabi
Nabawi

RoofTop Masjidil Haram

Mekkah dan Madinah disebut di dalam Al-Quran. Rasanya, amazing banget saya bisa datang ke kota yang ada di dalam Al-Quran. Ke Masjidi Haram, tempatnya Rasulullah Isra' Mi'raj. Ke Raudhah, tempatnya makam Nabi Muhammad. Perasaan ini sulit diungkapkan, yang ada terus rasa bersyukur.

Tidak semua orang muslim bisa dikasih kesempatan oleh Allah untuk bisa mendatangi dua tanah haram itu.  Banyak orang yang mengaku Islam, tapi belum pernah menginjakkan kakinya di dua kota suci itu. Padahal mereka sudah pergi keliling Eropa, Amerika, Asia, tapi tidak untuk ke Mekkah dan Madinah. Itulah istimewanya bagi muslim yang bisa berkunjung ke Mekkah dan Madinah. Alhamdulillah.

Madinah

Tiba di Madinah itu sekitar pukul 01.00 malam, setelah mendarat di Bandara Jeddah. Perjalanan dari Jeddah ke Madinah kurleb 5 jam.  Yang belum pernah ke Madinah, sini saya gambarkan ya.

Madinah ini (tentunya kawasan Haram, berdekatan dengan Masjid Nabawi), tenang, nyaman, adem, damai, tentram. Banyak bangunan tinggi menjulang, hotel-hotel bertebaran di sekitar Nabawi. Cuacanya nyaman, meski ada sinar matahari tapi tidak menyengat. Anginnya dingin, seperti menyapa dengan ramah bagi yang berkunjung ke Madinah. Bikin kangen, bikin rindu, separuh jiwa saya sudah tertinggal sejak 8 tahun lalu.


Saya berlebihan? Coba berkunjung ke Madinah, ceritakan ke saya bagaimana rasanya. Nyaris semua orang yang saya tanya, mengungkapkan hal yang sama. Semua suka Madinah, semua cinta Madinah, nyaman.

Perjalanan dari hotel ke Masjid Nabawi hanya berjalan sekitar ratusan meter, nggak terlalu jauh. Malah menyenangkan karena banyak menemukan hal unik (itu kalau saya ya). Banyak toko yang berjualan, bermacam-macam orang berjalan secara bersamaan, dari berbagai suku, bangsa, warna dan kelas sosial, menuju Masjid untuk menunaikan sholat.

Berbeda dengan Masjidil Haram, pintu masuknya berbaur antara laki dan perempuan, tapi tidak untuk  Nabawi. Di depan gerbang khusus wanita, ada askar pria yang menjaga. Jika menjelang shalat, di pelataran Nabawi karpet-karpet dibuka, khusus untuk para jamaah yang ketinggalan masuk ke dalam masjid. Jika ingin terus-terusan sholat di dalam masjid, lebih baik 1 jam sebelum azan berkumandang sudah sampai ya.

Jika masuk ke dalam Masjid Nabawi selalu dicek tas bawaan oleh askar wanita yang selalu mengenakan abaya hitam, jilbab panjang hitam dan burqa hitam, entah apa yang dicari. Ada yang bilang HP, kamera, tapi di dalam masjid banyak jamaah yang foto-foto tapi si Askar cuek azah.

Tapi dari yang saya perhatikan di Madinah dan Mekkah, para askar ini lebih ramah kepada orang Asia. Mereka sepertinya paham, kalau orang Melayu ini penurut, nggak aneh-aneh, berbeda jika dibandingkan dengan orang dari Afganistan, Bangladesh, atau negara muslim lainnya. Mereka akan cek tas dengan teliti.

Selain itu, di luar pintu masuk Nabawi disediakan plastik untuk menaruh sendal atau sepatu. Plastiknya mirip dengan plastik di supermarket cuma ada tulisan Arab. Dulu, waktu pertama saya ke sana, belum ada plastik itu. Meski di depan pintu masjid ada tempat menaruh sendal atau sepatu, saya sarankan jangan tarok disitu ya, dibawa aja ke dalam lebih aman.

Setelah pintu masuk ada air zam zam
kursi disediakan untuk sholat yang gak kuat berdiri

Beberapa langkah masuk masjid, langsung disambut dengan jejeran jerigen air Zam-Zam di bagian kanan dan kiri. Disarankan ketika masuk masjid kita minum Air Zam Zam dulu, biasanya saya dan teman-teman duduk di depan air zam zam, mengambil gelas plastik yang disediakan, mengambil air, lalu berdoa menghadap kiblat dan langsung diminum tandas.

Setelah itu mencari tempat untuk sholat sunnah tahiyatul masjid (hanya di Masjidil Haram nggak ada sholat tahayatul masjid ya), lalu sholat fardhu. Sedangkan untuk bisa ke Raudhah lebih baik sholat di pintu 23-25 di Nabawi, nanti akan terlihat kerumunan pada jam-jam tertentu yakni sekitar jam 9 pagi dan setelah sholat isya.


Alhamdulillah, teman sesama grup hanya satu kali sholat di Raudhah, tapi saya bisa dua kali. Kok bisa dua kali? Itulah saya, hahahha.

Jadi gini.

Di dalam satu kamar itu, saya berempat dengan jamaah lain. Hari pertama di Madinah, mereka sehabis sarapan malah tidur. Waduh, saya mana bisa kayak gitu. Jangankan pergi umrah, pergi ke tempat lain saja saya habiskan dengan jalan-jalan menikmati suasana kota itu, apalagi Madinah yang kita nggak tahu kapan lagi baliknya. Selain mahal, butuh uang besar, kita juga menunggu Allah mengundang untuk datang lagi, yekan.

Selagi mereka tidur, saya keluar kamar hotel sendiri. Jangan takut perempuan jalan sendiri di Arab, baca Bismillah aja lalu pake masker, Insya Allah aman. Sebenarnya saya sekalian ingin napak tilas hotel dan pintu masuk ke nabawi 8 tahun lalu. Lantaran sudah banyak yang berubah, saya kesulitan menemukannya, Tahu-tahu saya sudah di pintu 23, lalu masuk ke masjid rencana mau dhuha. Sudah siap gelar tiker, tetiba melihat banyak perempuan berlarian, saya ikutan aja. Nggak taunya ke Raudhah.  Waaahh happy bangeettt.


"Antara rumahku dan mimbarku adalah taman (raudhah) dari taman-taman surga," Sabda Rasulullah. "dan mimbarku (kelak) akan berada di atas telagaku".


Makna hadits ini menyatakan bahwa area tersebut (raudhah) memiliki kemuliaan dan keutamaan. Barangsiapa yang shalat di sana seakan-akan ia telah duduk di taman dari taman-taman surga. Sehingga menjadikan shalat yang dilakukan di sana berpahala banyak. Sebagaimana juga shalat di bagian masjid Nabawi yang lain dilipat-gandakan pahalanya 1000 kali dari shalat di masjid lain kecuali masjidil haram (100 ribu).

Masha Allah...

Raudhah: makam Rasulullah (foto: Paksu)
Siapa yang nggak mau menimbun pahala untuk di akhirat nanti sewaktu di hisab? So, yang pingin umrah, tekatkan hati, menabung, banyak berdoa Insya Allah dimudahkan dan Allah akan memanggil untuk datang ke tanah haram, Mekkah dan Madinah. Dua tempat yang tak akan dimasukin Dajjal di akhir zaman nanti.

Menariknya, kita akan bertemu banyak saudara seiman dari berbagai negara. Saya sering banget berada di samping muslim lain dari Perancis, Libia, atau lainnya yang sulit berbahasa Inggris. Jadi lebih banyak menggunakan bahasa 'tarzan' tapi entah kenapa kok nyambung (Lols).

Saya merasa nyaman dan merasa aman berada di tempat yang semuanya saudara sesama muslim yang artinya memiliki tujuan yang sama. Belum lagi makanan yang dipastikan halal.

Mekkah
Setelah tiga malam di Madinah, kami beranjak menuju Mekkah yang memakan waktu kurang lebih 5 jam. Kayaknya sulittt bangeeettt berpisah dengan Madinah yang bikin betah. Cuacanya ramah, enak banget. Saya nggak perduli tuh, wajah mulai kering lantaran perubahan cuaca, kulit wajah terkelupas, bibir kering, semua dicuekin. Ketika umrah, gak ada itu pikiran dunia, wajah harus terlihat glowing, pakaian harus nyambung atas bawah, yang penting semua tertutup, bersih, nyaman dan hanya ibadah, ibadah dan ibadah.

Mendekati Mekkah which is pasti terlihat menara-menara Masjidil Haram, hati ini deg-degan. Saat itu, malam hari, dan sangat macet. Saya terkejut dengan perubahan Mekkah. Sudah malam tapi sangat ramai, macet, bener-bener beda banget. Untuk umroh ini saya menginap di hotel bintang 3, jadi lumayan jauh dari Masjidil Haram. Dan bolak balik masjid dan hotel, harus melewati banyak toko dan jalanan ruammeeee.

Nah ini, jalanan favoritku di sore hari
Usai solat atau waktu solat tiba, jalanan padat begini. Tapi aman kok
Perbedaan ini saya rasakan mungkin karena dulu saya menginap di Hotel Zam-Zam, hotel bintang 5 ketika keluar hotel langsung masuk pintu Masjidil Haram.  Jadi saya nggak ngeh dengan situasi jalanan Mekkah yang ruame buanget itu.

Orang non muslim mungkin hanya tahu New York dan Tokyo, kota 24 jam, terang, ruame, padat, tapi mereka ngga tahu kalau Mekkah juga sama. Pergi jam 3 pagi atau pulang dari masjid jam 10 malam, selalu ramai.

Untuk masuk Masjidil Haram saya selalu lewat pintu 79 atau 84 atau 88. Itu berdekatan dengan banyak mal, toko KFC, McD, Mal Jabal Omar, Mal Hotel ZamZam, atau Jam besar yang menjadi trade mark. Yang pasti dekat juga dengan toilet. Hohohoh, lantaran banyak cerita soal toilet di Madinah dan Mekkah, banyak juga teman saya yang belum pernah 'mampir' ke sana.

Padahal toiletnya baik-baik aja. Namanya juga dari orang seluruh dunia, wajar pas ketemu toilet yang kotor, tapikan bisa cari yang lebih bersih. Dan itu buanyaakkk pilihannya. Air juga banyak, jadi agak bingung dan takjub, kok bisa si menahan pipis selama di masjid?

Penting Dibaca:
Jadi travelmate yang menyenangkan itu gampang
Beli Cokelat Murah di Singapura bukan di Muastafa center
- Cari Tas Murah di Batam, ada yang Rp 100 ribu
Cara ke Singapura Lewat Batam, Hanya Rp 275 Ribu PP

Untuk menikmati ibadah secara khusu', saya juga lebih banyak sendiri di Mekkah. Kebetulan sama paksu juga nggak sekamar, yang PR banget ketika paket internet habis. Susahnya kontak paksu, alhasil saya nikmatin aja waktu sendiri. Masuk ke supermarket, atau kalau males balik ke hotel, sehabis solat zuhur, saya beli KFC dan makan dipinggiran gedung dengan jamaah lainnya. Banyak juga jamaah Indonesia melakukan hal yang sama. Habis makan, tinggal jalan sedikit masuk lagi ke masjid dan menunggu sholat berikutnya. As simple like that.

Catet: Ketika kita di Mekkah dan Madinah, nggak usah banyak kekhawatiran. Ikhlasin aja, dibikin santai, dibikin simple. Nanti semua berjalan dengan sendirinya. Kalau nggak ada teman bareng, jalan aja sendiri. Nanti di dalam masjid banyak teman juga, lagian mah, lebih enak ibadah sendiri, nggak usah banyak ngobrol, fokus itikaf. Nanti pas dihisab, kita juga sendiri pertanggung jawabannya. Yegak genks.

Yang paling saya suka itu di sore hari, setelah ashar dan berjalan ke arah hotel yang berada di samping mal ZamZam. Angin sepoi-sepoi, desain interior gedung yang bagus, pokoknya nikmaaattt bangeettt. Kalau jalan, jangan nunduk terus ya,  nikmatin segala yang ada di sekeliling kita. Indahnya. Berasa di surga.

Indahnya saat umrah itu adalah , kehidupan hanya diisi dengan ibadah, tidur, makan, terus-terusan begitu. Nggak mikir tuh soal kerja, besok proyek apa, anak makan apa, suami dimasakin apa, gimana bayar uang sekolah, ciciclan, pokoknya kita nggak mikir urusan dunia. Itu yang bikin adem dan bebas.
Jalanan menuju hotel atau masjidil haram, selalu terang dan ramai

Jika kalian sudah mulai, galau, gundah gulana, gelisah, stres, coba deh pergi umrah. Bersujud di depan Mekkah, nangis deh sejadi-jadinya, ngadu sama Allah dan berdoa dengan khusu', Insya Allah setelah itu tenang dan langsung mendapatkan jawaban.

Yang pasti setelah umrah, balik ke kehidupan nyata, harus istiqomah yaaaa. Jangan tergoda lagi sama urusan dunia. Kata ustad, umrah itu mambrur atau nggak, terlihat setelah kita pulang. Apakah akan semakin baik, semakin sholeh, semakin ibadah rajin, atau sama aja nggak ngaruh?

Semoga yang membaca ini dimudahkan untuk menjalankan ibadah umrah, Aamiin Allahumma Aamiin.

Semoga Bermanfaat,

Waalaikumsalam

AAL 

4 comments

  1. Makasih info jadi pengen ibadah di sana, semoga saja bisa pergi kesana kaya mbaknya.. amin

    ReplyDelete
  2. hwaa aku jadi kangen abis baca ini. moga bisa umroh yg kedua kalinya juga, aamiin

    ReplyDelete