Pengalaman Vaksin Meningitis di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng

 

Bismillah,

Pengalaman Vaksin Meningitis di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, aliaef.com

Jika berbiacara vaksin meningitis tentu arahnya akan pergi ibadah umroh. Mungkin jika tak mepet, saya nggak bakal vaksin meningitis di Bandara Soeta, Cengkareng. Taukan bagaimana lokasinya, lalu lintasnya, tempatnya, semuanya membingungkan meski sudah menggunakan Gmaps (Google Maps). Ke arah Bandara Soeta untuk mengantar orang bepergian itu gak masalah, Jelas arahnya ke airport, tempat pesawat menunggu penumpang. Tinggal masuk ke parkiran bandara, kelar. Tapi untuk mencari lokasi Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Soekarno Hatta? Big no. 

Jadi begini besties. Niat saya untuk umroh kali ini terbilang mendadak banget. Nggak ada rencana saya untuk umroh dalam waktu dekat, setelah terakhir umroh tahun 2019. Mungkin Ketika saya melihat video atau foto Mekkah dan Madinah di media sosial, doa saya langsung diijabah. Saya memang selalu berdoa minta kembali jika melihat video atau foto di Mekkah dan Madinah.


Nggak tahu kenapa saat itu tiba-tiba pengen banget ibadah umroh. Seperti terbayang-bayang di pelupuk mata Mekkah dan Madinah itu. Kangen dengan suasana Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Dan kebetulan saya lagi ada sedikit beban di pikiran jadi kayaknya perlu healing, curhat sama Allah secara langsung. Terasa dekat, ingin khusu'.

Lalu iseng ngomong ke paksu pengen umroh, paksu ternyata mengizinkan. So saya umroh sendiri, ini kedua kalinya saya umroh sendiri. Tahun 2011 dengan teman sekantor (dari kantor), dan bersama paksu tahun 2019. 

Baca:
- Pengalaman Pakai Java Mifi ketika Umrah
- Pengalaman Rekam Biometrik untuk Umroh, Simple dan Cepat
 Cara Daftar Haji di Kabupaten Tangerang

Intinya, karena mendadak akan ibadah umroh saya diharuskan booster dan meningitis. Dengan waktu hanya 1,5 bulan saya ngebut mencari tempat booster. Saya ingin jeda waktu antara booster dan meningitis itu kata seorang dokter minimal 14 hari. Setelah 3 hari hunting akhirnya bertemu tempat booster pada 4 Agustus 2022.

Setelah booster saya harus menunggu paling tidak 14 hari jadi kurang lebih tanggal 18 Agustus 2022. Bahkan ada dokter yang mengatakan 28 hari jedanya, lha mana bisa? Ada pula yang mengatakan meningitis kurang dari 14 hari bisa ditolak visa oleh Kedubes Arab. Deg-degan dong. Sedangkan Insya Allah saya umroh itu pada 7 September 2022. Doakan lancar ya besties. 

Lalu pada 18 Agustus 2022 saya ke RS Primaya Tangerang. Sebelumnya saya pernah bertanya di sana ada vaksin meningitis. Aman, saya pikir dekat rumah. Waktu 2019 saya meningitis di RS Fatmawati, lumayan jauh dari rumah di BSD.

Pagi setelah mengantar anak sekolah saya ke RS Primaya Tangerang. Ternyata, vaksin meningitis kosong. Bingung saya. “Lebih baik telpon rumah sakit lain bu jangan langsung datang. Itu bapak-bapak itu juga mau meningitis,” tunjuk petugas vaksin di RS itu.

Saya ngobrol dengan bapak itu dan dia menyarankan ke Bandara Soeta selalu tersedia. Saat itu jam 9 pagi dan saya langsung brosing. Ternyata informasinya sedikit. Tidak ada kontak, bahkan di google banyak yeng kecewa karena no telpon yang tertera tidak nyambung. Seharusnya, dari RS itu saya bisa bablas langsung ke Bandara Soeta. Ternyata baru ngeh saya nggak bawa berkasnya, jadi pulang dulu. How stupid me.

Berkas yang dibawa:
1. Foto copy Paspor
2. Foto copy KTP
3. Uang Rp 305 ribu (atau bisa tranfer via BSI dan Mandiri)

Pulang ke rumah makan waktu lagi dong, itu berkas harus di foto copy dulu, hadeeuhh. Itu hari Kamis, saya merasa harus hari itu diselesaikan, karena esoknya Jumat yang kemungkinan bisa tutup lebih cepat lalu Sabtu dan Minggu, baru bisa Senin. Dan bisa molor waktu dari jeda waktu vaksin.


Lalu setelah berkas lengkap saya ngacir ke Bandara Soeta via belakang alias non tol. Kenapa nggak lewat tol? Itulah, saya termasuk parno lewat tol kalau belum tau lokasinya, karena sering banget nyasar. Jadi lewat jalan yang pernah saya lewati kalau ke Bandara.

Perjalanan memakan waktu 1 jam lebih sedikit. Berbekal Gmaps, dan ternyata benar nyasar geys. Jadi patokan lokasi itu dekat masjid Angkasa Pura atau Kantor Pos. Jalanan besar satu arah itu saya bablas dan langsung berhenti begitu menyadari di Gmaps menyarankan saya harus ke kanan. Ke arah kanan itu jalanan kecil dan saya harus mundur, itu membahayakan karena jalan satu arah.

Alhasil saya berhenti di pinggir parkir menginap dan bertanya kepada petugasnya. Dia menyarankan, untuk saya masuk ke tempat parkir dan langsung keluar ke jalanan yang disebrang, jalanan kecil tadi. 

Belok kanan masuk jalanan hanya untuk bisa satu mobil, saya salah masuk gedung. Untung banget, satpamnya baik saya dikasih arah dengan detil. Jadi saya keluar gedung kembali ke jalanan satu mobil dan lawan arah. Lalu berbelok masuk ke dalam parkiran tanpa harus mengambil kertas parkir (jadi masuk pintu keluar). Ini area parkir menginap yang lain, posisinya agak tertutup dibandingkan yang tadi. Jadi saya lawan arah dan menemukann jalan kecil pas di belakang stasiun kereta Bandara. ada jalanan lebih lebar dan Gmaps mengarahkan saya dan masuk ke sebuah Gedung tua yang terlihat terbengkalai. Ternyata itu kantor pos. Sebrangnya masjid. Dan Lokasi vaksin meningitis di sebelah kantor pos atau di sebrang masjid.

Ini Kantor Pos. Saya hanya sempat mengambil foto ini supaya nggak lupa parkir. Sisanya lupa difoto gedungnya. sowry.


Omaygot, ribet bangetkan. Buat yang nggak tau bagaimana Bandara, gw saranin skip vaksin ke sini apalagi kalau punya waktu mefet kayak gue. Waktu tersisa 5 menit lagi jam 12 which is waktunya istirahat, gw deg-degan pasalnya jam 14.00 harus jemput pulang sekolah si bontot. Masuk buru-buru ke tempat pendaftaran, awalnya si mbak menolak karena udah masuk jam istirahat.

“Tolong mbak saya mau jemput anak sekolah,” kata saya serius beneran.

“Ibu ini boosternya baru 2 minggu lalu, coba masih bisa nggak meningitis,”
 kata mbak itu.

“Saya tanya dokter 14 hari boleh.”

“Coba aja bu.”

Lalu dia memberikan form untuk ditulis. Di belakang saya, di meja ada seorang bapak yang memegang alat untuk mengukur tekanan darah. “Ayo siapa lagi, mau istirahat,” dia teriak.

Spontan saya ikutan teriak,” sebentar pak.” Saya isi form seadanya hanya nama, tanggal lahir dan kapan akan umroh. Lalu form dan berkas saya dikasih embaknya, lalu saya menuju si bapak dan di tes tekanan darah.

Bapak itu mengarahkan ke sebuah ruangan. Terlihat di dalam ruangan masih ada 3 petugas. Saya duduk.

“Mana bu,” kata seorang ibu yang agak gemuk, saya menghampiri dan dia melihat berkas saya. “Ibu ini baru booster,” kata ibu tersebut yang ternyata dokter.

“Saya tanya dokter boleh 14 hari,” saya ngeyel.

“Iya bu minimal 14 hari dan hari ini baru 14 hari. Kita mau istirahat nanti lagi Kembali jam 1,” kata si dokter itu.

What? Lama amat 1 jam.

“Saya mau jemput anak sekolah bu.”

“Harusnya ibu datang lebih cepat,” kata ibu dokter itu tegas.

“Saya nyasar bu dari BSD,” saya tetap jawab kekeuh, nggak mau disalahkan. Lagian lokasinya terpencil begini, susah dicari pake Gmaps.

“Coba ibu ke sebelah, periksa urine,” kata dokter itu sambil memberikan berkas.

Periksa urine? Kok di Fatmawati nggak pake ya. Ini maksudnya apa? Tes narkoba? Pikiran saya yang udah diribet, tambah gak jelas lagi.

Lalu saya ke ruang sebelah yang tertulis laboratorium. Untung ibunya baik, dia memberikan saya tempat kecil untuk menaruh urine. Terlihat ada 2 tempat sama dan isinya urine di atas meja. Iyuh, kok nggak dibuang sih.

Lalu saya ke toilet dan kebetulan kebelet pipis, lalu Kembali ke laboratorium. Ternyata urine itu untuk tes kehamilan. Dicelupkan tespack ke dalam urine dan menunggu.

“Tes urine untuk apa bu?” tanya saya

“Ini untuk mengetahui ibu hamil atau tidak. Kalau hamil nggak boleh vaksin meningitis, nanti khawatir anaknya cacat atau bermasalah,” kata si ibu.

I see.

Alhamdulillah tes berhasil dan Kembali lagi ke ibu yang gemuk. Berharap bisa vaksin saat itu, tapi ternyata…

“Ini udah waktunya istirahat, ibu kembali lagi jam 1. Sekarang ibu makan dan solat dulu. Dan formular ini diisi dengan lengkap,” kata si ibu dokter sambil memberikan berkas. Saya manut. Udah letih dan gerah. 

Sambil mengecek gmaps berapa jarak dari bandara ke sekolah anak. Jika menggunakan tol 46 menit. Okelah coba pake tol.

Pas jam 1 siang saya kembali dan ternyata saya harus bayar dulu. Ke bagian pembayaran saya mencoba memakai mobile banking BSI (Bank Syariah Indonesia). Beberapa kali dicoba selalu nggak bisa. Lalu disarankan sama mas penjaga kasir bayar di kantor pos. Saya ke kantor pos dan ditolak.

“Bu ini system dibuka jam 13.30, ibu harus nunggu.”

Hah? Sumpe lho?? Gw mau jemput anak sekolah woy.

“Coba ibu minta petugas billing titip sama dia, nanti dia yangg anter ke sini,” katanya.

Gue nurut lagi, kembali dengan loyo. Untung ketemu mbak kasir yang baik dan ramah Ketika saya bilang mau jemput anak sekolah. Dia membantu dengan membayar pakai aplikasi Mandiri dia dan berhasil. Lalu saya membayar dia dengan cash. Setelah di prin out, saya kembali ke ruangan dokter siap untuk di vaksin.

“Kalau demam minum parasetamol aja bu,” kata petugasnya.

Lalu saya diberikan buku kuning untuk laporan ke travel umroh. “ Bagian depan dan tengah (yang ada tanda vaksin) difoto saja bu. Jadi missal hilang, bisa kita bantu ganti buku kuningnya tanpa harus suntik lagi,” kata mbak nya.

Alhamdulillah kelar. Pas 13.30 saya keluar KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) Soeta. Langsung ngebut jemput si bontot.

Phuiihhh kelar Alhamdulillah. 

Semoga Bermanfaat

 Alia F

 




 

 


No comments