2 Tahun Pandemi, Akhirnya Bisa Kuliah di Malaysia

 

University Utara Malaysia

Bismillah,

Assalamualaikum, 2 Tahun Pandemi, Akhirnya Bisa Kuliah di Malaysia, aliaef.com

Yesss. finally si sulung merasakan kuliah yang sebenarnya di Malaysia. Selama 2 tahun pandemi, praktis dia kuliah di dalam kamar via laptop. "Ini apaan sih, terdaftar kuliah di Malaysia tapi di kamar doang," keluhnya pada suatu hari.

Sama mah ketawa aja. Abis mau gimana.

So..sejak Februari dia sudah 'ribut' akan segera kembali ke kampus. Bahkan beberapa temannya sudah mendarat di Malaysia. Sebelum tiba di Kedah, tempat kampusnya berada yaitu University Utara Malaysia, teman-temannya memamerkan liburan mereka di Kuala Lumpur. Hati si sulung meradang, dia cuma bisa di rumah aja.

Lalu, dia mulai mencari info bagaimana prosedur karantina setiba di Malaysia, berapa biayanya dan apa saja yang perlu dipersiapkan. Lalu dia juga mulai mengurus visa pelajar ke Kedutaan Malaysia di Jakarta. Bisa dibilang, semua mahasiswa Indonesia di UUM angkatan dia, menggunakan jasa agen. Sedangkan dia dan seorang temannya melakukannya sendiri tanpa agensi.

Baca:
- Pandemi, Setahun Kuliah di Malaysia Secara Online

Yang menjadi pemikiran kami adalah karantina yang waku itu masih 7 hari dengan biaya yang luamayan besar. Belum lagi dia sendiri, kalau di situasi normal mungkin nggak masalah. Tapi ini masih pandemi, dan rencananya, dulu saya dan paksu yang akan mengantar. "Kalau masih bisa online, sabar dulu bang," kataku menenangkan. Jiwanya berontak, pingin langsung terbang ke UUM, lols.

Pihak kampus juga sudah membuka mahasiswa Internasional untuk datang dan pelan-pelan mulai belajar offline meski hybrid.

Waktu berlalu masuk ke bulan Maret. Dia sudah menyodorkan permohonan untuk mendapatkan single entry visa. Awal Maret dia mendapatkan balasan dari kedutan dan mendapatkan skejul untuk menyodorkan berkas ke Kedutaan Malaysia di Jakarta.

Baca:
- Cara Daftar Kuliah di Malaysia tanpa Agen

Berkas yang perlu dibawa adalah:

1. Aplikasi visa dari Embassy (harus donlot di www.imi.gov.my)

2. Pasport asli serta foto copy (kertas A4)

3. KTP asli dan Foto copy dengan kerta A4

4. Approval Letter e-Val from EMGS & copy 

5. Approval Letter/ eVAL from Immigration Of Malaysia & copy 

6. Letter Of Authorization/entry permit from Immigration Of Malaysia & copy 

7. 1 sheet of 4 x 6 white background  

8. Visa Fee (Rp. 51,000-Cash) 

9. Negative Antigen Covid-19 or NEGATIVE SWAB test (Validity 1x24 hours) Copy of Vaccine Certificate ( 2 doses)

10. PROCESS 3 WORKING DAYS


Setelah menunggu 3 hari, dia pun mendapatkan email. Resmi dia sudah bisa masuk Malaysia sebagai mahasiswa Internasional.


Lalu si sulung banyak mendapatkan informasi hotel yang menerima karaktina dengan harga Rp 3 juta- Rp 5 juta. Lumayan jugakan, apalagi tiket pesawat ke malaysia itu masih di atas Rp 1 juta.

Lapangan bola UUM

Buat saya ini tiket ke Malaysia termahal, saya beberapa kali ke negeri jiran itu hanya mengeluarkan uang Rp 300-500 ribu saja.  Dan ini salah satu alasan kenapa si sulung dikuliahkan di Malaysia karena tiketnya yang murah jika dibandingkan tiket ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.  Mungkin karena pandemi, harganya jadi melonjak.

Saya menyarankan dia untuk ikut bersama teman-temannya yang menggunakan jasa agen. Jadi hanya untuk kepergian ini saja sekaligus agen yang mengurus karantina. Dengan situasi pandemi dan ini pertama kalinya si sulung pergi sendiri, menurut kami itu keputusan terbaik.

Lalu saya mendapatkan informasi lagi kalau teman-temannya mundur di bulan April lantaran baru mendapatkan berita kalau Malaysia akan bebas karantina mulai April 2022. Kabar baik jadi mengurangi budget. Mulailah, si sulung mencari tiket ke Kuala Lumpur dan ke Alor Star (kota Kedah).  Jadi ketika dia mendarat di Kuala Lumpur, dia harus ke bandara Sultan Abdul Halim untuk terbang ke Alor Star. Jeda waktu antara keduanya harus disesuaikan dengan pertimbangan pesawat delay atau antri di imigrasi.

Suka banget dia bola dan futsal, udah aktif di kampus


Lalu, kita mengambil waktu jeda 3 jam. Dari Bandara KL ke Sultan Abdul Halim menggunakan Grab. Atas obrolan dengan beberapa temannya, si sulung membawa sejumlah uang cash ringgit. "Kedah kota kecil, dengan situasi begini sebaiknya membawa uang ringgit agak banyak," begitu katanya.


Si sulung ini belum pernah traveling sendiri dengan jarak jauh, jadi saya siapkan 2 dompet, satunya untuk keperluan selama di perjalanan hingga sampai di kampus. Satunya lagi uang dengan jumlah yang banyak dan jangan diotak atik selama di jalan.  Selain itu, saya belikan dia savety box kecil di online, gunanya untuk menyimpan barang penting (paspor, uang) selama dia kuliah. Khawatir lemari kamarnya nggak bisa dikunci. Karena dia menginap di Inasis (asrama yang disiapkan kampus) untuk 2 orang.

Si sulung terbang dengan Air Asia tanpa bagasi jadi harus membeli 30 kg bagasi lagi. Alhasil selama packing banyak barang yang harus dikurangi.

Lantaran dia pergi di bulan Ramadan dan kita nggak tahu bagaimana situasinya, saya membawa banyak makanan siap santap untuk dia sahur. Rendang, dendeng balado, abon, dan kurma sukari yang dia sukai. Lalu vitamin dan obat-obatan seperti parasetamol, tolak angin dan lainnya (mak nya rempong).

Ternyata, membawa 2 koper itu masih kurang. Lalu kita kurangi beberapa baju dan sepatu. Karena dia suka olahraga, dia membawa semua sepatu olahraga mulai dari joging, futsal, bola, dan sepatu main beda lagi (hadeeuhh).

Mom and boy di Bandara

Waktunya Berpisah Sementara

Sehabis sahur jam 6 pagi kita udah tiba di Bandara Soeta Terminal 3. Pesawatnya akan boarding jam 8.30 pagi. Ketika antri untuk masuk bagasi (sudah check in online sehari sebelumnya), terbilang antri dengan banyaknya anak seusia dia (sepertinya mahasiswa juga). Lalu berpisahlah kita, huhuhhu anak emak...

Selama dalam perjalanan, si sulung aktif mengirim foto, video dan mengabarkan situasinya ke saya (maklum anak emak yang penurut).  Dia mengatakan di imigrasi KL kosong dan lancar. Jadi langsung mencari Grab Car untuk ke bandara Sultan Abdul Halim.  Sampai di sana juga mengabarkan kalau bandaranya gabung dengan mall kecil mirip ITC.

Lebaran bareng teman2

Kantin Inasis (Asrama)


Sesampai di Alor Star dia dijemput temannya dan langsung dibawa ke tempat makan untuk berbuka puasa dan berbelanja keperluan kamar. Alhamdulillah lancar jaya.


Kini dia sudah aktif kuliah dan banyak kegiatan offline di kampus. Bahkan dia mengatakan mahasiswa Malaysia di UUM juga sudah mulai berdatangan. Kampus dan asrama pun semakin ramai. Saat lebaran dia tak pulang, juga teman-temannya yang lain. Ternyata di Malaysia sehabis sholat Ied, disekitar masjid sudah banyak tenda dan tempat makan gratis untuk yang  sholat Ied. Keren ya.

Perpustakaan UUM bikin Mupeng

Bus untuk ke kampus

Makanannya murah2, dari 5 RM saja


Lantaran lagi libur kuliah, esoknya, dia dan teman-teman berlibur ada yang ke Langkawi, KL, Ipoh, Penang dan lainnya. 

Semoga dilancarkan studinya dan dimudahkan untuk beasiswa S2 nya, Aamiin YRA

Semoga Bermanfaat


Alia F


No comments