Bulan Ayu, Penderita Dyslexia yang kini Sukses di Malaysia

 



Bulan Ayu, Penderita Dyslexia yang kini Sukses di Malaysia- aliaef.com

Assalamualaikum,  

Banyak orang tua yang belum paham jika anaknya menderita #dyslexia. Ketika anaknya kesulitan mengenal huruf, mengeja dan membaca, tak ayal orang tua langsung menuduh si anak bodoh yang menyebabkan anak makin stres. Tak sedikit pula orang tua yang tidak mengetahui bagaimana ciri-ciri anak dyslexia dan cara penanganan dyslexia.

Adalah Bulan Ayu, yang dikenal sebagai #BulanAyuDyslexia seorang warga negara Indonesia yang kini bermukim di Malaysia dan dikenal sebagai seorang Direktur di #DyslexiaGeniusSdn.BhdMalaysia lantaran bidang dan kegiatan yang digelutinya saat ini dengan nama #PTBidProgram. Bulan Ayu memiliki pengalaman menakjubakan sebagai anak dyslexia waktu kecil.

Bulan Ayu bercerita waktu kecil dia sangat kesulitan memahami huruf, mengeja dan membaca. Saat melakukan zoom meeting dengan blogger, terlihat Bulan Ayu emosional hingga terisak mengenang masa kecilnya yang susah dan berat sekali lantaran mengidap dyslexia tapi tidak ada yang mengerti.

Ketika kelas 3 SD, Bulan Ayu sudah merasakan bagaimana  dia tertinggal dalam pelajaran karena tak paham membaca dan mengenal huruf. "Sejak TK saya kesulitan sekali mengenal huruf, nggak ngerti-ngerti, orang tua menghukum saya dengan berdiri di depan white board. Ketika saya coba lagi, nggak bisa lagi, dihukum lagi lalu saya dimarahi," cerita Bulan Ayu yang kini mengurus spesilisasi Dyslexia di Dyslexia Genius Sdn.Bhd Malaysia.


Lantaran nilai sekolahnya selalu buruk dan belum bisa membaca, sejak kelas 3 SD Bulan Ayu sudah disisihkan oleh teman-temannya. Nyaris semua pelajaran nilainya kecil, padahal Bulan Ayu sudah berusaha belajar setiap malam dengan maksimal. Dari semua guru, hanya ada satu guru yang memberikan motivasi dan pujian, yaitu guru kesenian. Bulan Ayu merasa hasil lukisannya tidak bagus tapi guru Kesenian ini selalu memuji dan mendorongnya untuk terus berusaha. Dari guru inilah Bulan Ayu termotivasi untuk terus belajar meski kesusahan, akhirnya Bulan Ayu lulus SD dan SMP dengan nilai pas-pasan.



Dia mulai tidak perduli jika tak ada orang yang menjadi temannya. Bulan Ayu memang tidak memiliki teman akrab atau sahabat, jadi dia lebih banyak menyendiri di sekolah. Untuk mendapatkan nilai 6 dalam pelajaran sekolah, buat Bulan Ayu itu sebagai sebuah keberhasilan. Dia tidak pernah mendapatkan nilai lebih dari 6 meski terus belajar setiap hari.

Anak yang mengidap dyslexia adalah anak-anak yang gigih dan kerja keras hingga rela belajar semalaman dengan maksimal. Tapi keesokan paginya dia lupa dengan pelajarannya. "Benar-benar blank, apa yang saya pelajari malam harinya saya tidak ingat sama sekali," cerita Bulan Ayu yang kini dikenal sebagai spesialis dyslexia di Malaysia.

Masuk ke bangku SMA dia dibawa orang tuanya tinggal dengan neneknya di Jakarta. Untuk pengidap dyslexia itu memiliki sifat yang sangat sensitif. Ketika dibawa tinggal dengan neneknya, Bulan Ayu saat itu merasa telah dibuang oleh orang tuanya, meski alasan orang tuanya adalah agar Bulan Ayu belajar mandiri.

Dengan susah payah Bulan Ayu akhirnya bisa lulus SMA dan kuliah dengan jurusan Ilmu Hukum bahkan meneruskan ke jenjang S2.

Bertemu Suami


Bulan Ayu bersama suami, Jaldeen Ali


Pertemuan dengan seorang pria asal Malaysia, Jaldeen Mohd Ali mengubah hidup Bulan Ayu. Pertemuan tersebut mulai mengubah mindset Bulan Ayu tentang kondisi dirinya sendiri yang ternyata mengidap dyslexia. Pada 2006, Bulan Ayu dikenalkan oleh seorang kawan yang memiliki sahabat  yaitu Jaldeen Mohd Ali yang akhirnya mereka berpacaran. Meski berbeda negara tapi keduanya serius dan akhirnya menikah pada 2008 di Jakarta.

Ternyata selama ini Jaldeen mengetahui jika Bulan Ayu seorang dyslexia. Tak disangka Jaldeen adalah seorang ahli Dyslexia di negaranya yang menciptakan “assessment tools”, yaitu metode untuk mengenal secara pasti seorang anak menderita dyslexia atau tidak. Hal ini diperkuat dengan Ibunya yang bernama Sariah Amirin, yang ternyata juga sangat terkenal serta diberi gelar Ibu Dyslexia di Malaysia.

Setelah menikah, Jaldeen baru mengungkapkan kalau Bulan Ayu memiliki ciri-ciri pengidap dyslexia seperti susah mengeja, pintar bicara tapi susah menulis apa yang dimaksud dan susah membaca sebuah kalimat di buku, susah menghitung jika terbilang komplek dan tidak suka membaca tulisan yang panjang, serta suka lupa dan susah mengingat nomor telepon.

Bulan Ayu ketika webinar daring bersama suami, Jaldeen Ali dan Ibu Mertua, 
Puan Sariah Amirin. 

Dari penjelasan Jaldeen, Bulan Ayu mulai mencerna dan pikirannya mundur ke masa lalu ketika zaman sekolah bagaimana dia kesulitan mengikuti pelajaran dan nilainya selalu kecil. Dan menurut Jaldeen, Bulan Ayu termasuk pengidap dyslexia yang paling sukses karena menyandang gelar Sarjana Ekonomi, Sarjana Hukum dan Magister. Kebanyakan pengidap dyslexia gagal dalam berpendidikan dan memiliki masalah emosional dan psikologi.

"Dyslexic are very intelligent, only confused like you," kata Jaldeen ke Bulan Ayu.

Dari sana muncul rasa penasaran Bulan Ayu dan mulai tertarik untuk menggeluti bidang dyslexia. Bulan Ayu mulai belajar dan terlibat bersama Jalden dan ibu mertuanya, Puan Sariah Amirin selaku pelopor pembelaran untuk anak-anak dyslexia.



Bulan Ayu mulai menjadi guru di Pusat Dyslexia yang didirikan Puan Sariah Amirin. Bulan Ayu belajar bagaimana cara membimbing anak-anak dyslexia untuk memahami masalah mereka dan bagaimana  mereka bisa mengatasi masalahnya serta bisa berhasil di sekolah favorit yang banyak diisi anak-anak dengan kondisi normal.



Bulan Ayu mulai menjadi guru pada 2010 dengan menggunakan metode pengajaran yang selama ini dipakai oleh merdtuanya.Bulan Ayu juga mulai mengikuti banyak pelatihan yang dibuat oleh suami dan ibu mertuanya. Dia ingin profesional di bidang dyslexia.

Bulan Ayu pelan-pelan memahami mood anak dyslexia, diperlukan kesabaran yang tinggi. Kadang Bulan Ayu sedih melihat anak-anak dyslexia yang kesulitan memahami yang diajarkan padahal mereka pintar dan memiliki kemauan yang tinggi untuk belajar. Bulan Ayu jadi teringat dengan dirinya sendiri dulu sewaktu masih sekolah. Dia merasa bahagia dan ada kepuasan tersendiri ketika ada anak dyslexia yang bisa mengatasi kelemahan mereka. Bulan Ayu juga mulai mengikuti banyak pelatihan yang dibuat oleh suami dan ibu mertuanya.



Lalu Bulan Ayu mulai diberikan kepercayaan untuk menjadi trainer, yaitu melatih guru-guru sekolah pemerintah , guru TK, dalam menangani anak-anak dyslexia serta bagaimana menjalanlan screening untuk para pelajar sekolah di Kuala Lumpur. Full Bulan Ayu tercebur dalam penanganan dyslexia hingga profesional di bidang dyslexia. Bahkan Bulan Ayu sering memberikan edukasi bersama suami dan mertuanya keliling Malaysia, muia dari Johor, ke Melaka, ke Port Dickson, ke Ipoh, Penang, Langkawi, Kota Bharu, Kuantan, sehingga ke Sabah dan Sarawak untuk menjalani program awareness Dyslexia dan juga cara penanganannya. Hingga kini, Program itu masih digunakan di Persatuan Dyslexia Malaysia.

Anaknya juga pengidap dyslexia

Pada 2013, Tuhan memberikan hadiah kepada Bulan Ayu, anak pertama yang divonis menderita Dyscalculia. Anak Bulan Ayu mengalami kesulitan dalam berhitung, mengenal angka dan nilai. Ternyata dyslexia bisa diturunkan ke anak.  Tetapi Bulan Ayu tidak pernah sedikit pun merasa sedih, malahan bangga karena Bulan Ayu yakin anak yang terlahir pasti memiliki kelebihan yang lain. Apalagi ini pembuktian Bulan Ayu untuk mendidik anak sendiri dan memasukan anak dalam terapi yang kami jalankan.

Bulan Ayu membawa anaknya untuk terapi setiap hari, sampai akhirnya di usia 7 tahun saat akan masuk sekolah dasar, sebagai seorang ibu, Bulan Ayu mengakui ada sedikit kekhawatiran mengingat pengalamannya dulu saat di bangku sekolah. Anak Bulan Ayu masuk ke sekolah St. John ( sekolah yang cukup terkenal di Malaysia ), yang untuk bisa masuk harus melewati tes.  Alhamdulillah, ternyata anak Bulan Ayu dapat melewati dan berhasil dalam menjalankan ujian masuk sekolah.

"Aduh rasanya senang mau jungkir balik, ternyata seorang dyscalculia bolehloh masuk St. John," katanya tersenyum. Dia bahagia program ibu mertua dan suaminya berhasil menyelamatkan anaknya untuk bisa masuk sekolah favorit.

Pada 2016 Bulan Ayu diberikan kepercayaan untuk membuka dan mengelola pusat dyslexia sendiri yang diberi nama Dyslexia Genius Sdn Bhd. Dari sinilah awal mula penambahan nama Bulan Ayu menjadi Bulan Ayu Dyslexia dengan pusat pertama di Titiwangsa, Kuala Lumpur.



Tujuannya jelas, untuk memperkembangkan program yang dicipta oleh mertua dan suami agar bisa membantu lebih banyak lagi anak-anak Dyslexia di Malaysia dan juga seluruh dunia. Mulai dari mengatur classroom, menyusun program, melatih guru-guru dengan menggunakan program ciptaan suami dan ibu mertuanya yang diberi nama SPTBid (Sariah Program & Teknik Bimbingan Intensif). Dalam Kementerian Pendidikan Malaysia, dyslexia telah mendapatkan tempat tersendiri lantaran berhasil menangani dan membantu pembelajaran untuk anak-anak pengidap dyslexia.



Atas pencapaiannya itu, Bulan Ayu bisa bertemu Bawah Duli Yang Maha Mulia Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong Tunku Hajah Azizah, Aminah Maimunah Iskandariah, Yang Berbahagia Tun Dr. Siti Hasmah binti Haji Mohamad Ali, Mantan Timbalan Perdana Menteri Malaysia YB Dato’ Seri Dr. Wan Azizah Wan Ismail, Ketua Pengarah Pendidikan pada tahun 2013-2017 yaitu Yang Berbahagia Tan Sri Dr. Khair Mohamad Yusuf, Yang Berbahagia Prof. Raja Dato’ Zahabuddin Raja Yaacob, YB Datuk Hajah Azizah Datuk Seri Panglima Haji Mohd Dun, sampai ke seluruh sekolah-sekolah di Malaysia, ke Rumah sakit, ke Ahli-ahli Politik, ke Kawan-kawan, Ke para seniman dan artis-artis, ke para Dokter dan ke Madam PYT Kamala Shirin Lakhdir Duta Besar Amerika Syarikat di Malaysa.

Charity  Konser Dyslexia tahun 2018. Pemberian donasi dari Tan Zainudin Karjan dari Yayasan Karjan untuk anak-anak dyslexia yang kurang mampu


Kini Bulan Ayu makin mantap di dunia pendidikan Dyslexia sebagai Director dan Program Director Dyslexia Genius Sdn Bhd Malaysia. Dia berharap suatu hari akan ke Indonesia dan membantu anak-anak pengidap dyslexia di Indonesia. Pada 23 Oktober 2021 mendatang, Bulan Ayu akan melakukan webinar berskala internasional dalan #BulanBaktiDyslexia.




Untuk mengetahui lebih lanjut silahkan kunjungi website www.bulanayu-dyslexia.com , dan akun Instagram www.instagram.com/bulanayu_dyslexia

Semoga Bermanfaat

Alia Fathiyah

 


21 comments

  1. Menarik mengetahui ada yang peduli dengan masalah yang selama ini dianggap bukan masalah..Penting banget mengenali gejala jadi ketahuan ya terapinya gemana...

    ReplyDelete
  2. Penting banget edukasi tentang dyslexia seperti ini yah, karena masih banyak yang belum tahu tentang dyslexia. Sehingga banyak banget anak yang dianggap bodoh atau gak mau berusaha, padahal karena memang penanganan yang kurang tepat aja yah.

    Buktinya Bulan Ayu bisa berhasil menimba ilmu bahkan sampai S2 yah, inspiratif banget kisahnya nih

    ReplyDelete
  3. Terharu membaca kisah Bulan Ayu. Memang pendidikan orang tua sangat penting banget ya. Anak-anak pada dasarnya cerdas, tapi bila mereka menghadapi kendala dalam belajar sesuatu, pastinya ada sebabnya. Untung lah Bulan akhirnya ketemu suami yang amat memahami bahwa dia menderita Dyslexia.

    Ah semoga dengan semakin ahlinya Bulan dalam masalah dyslexsia, tak hanya anak-anak di Malaysia yang terbantu tapi juga di Indonesia. Saya kira kasus seperti Bulan banyak banget terjadi di negara kita

    ReplyDelete
  4. Dalam bayangan saya, kuliah di FH akan membuat mahasiswa harus banyak membaca. Apalagi bahasa hukum selalu dirasa lebih berat. Inspiratif banget Bulan Ayu ini. Berjuang menghadapi dyslexia, kemudian kuliah di FH, dan sekarang sudah sukses

    ReplyDelete
  5. Aku yg penasaran sebelum ketemu suaminya, sejak kapan akhirnya mbak Bulan ini nyadar kalau dia Dyslexia? Apakah pernah ketemu ahlinya dan divonis gitu? Atau neneknya yang menyadarinya atau gmn?
    Krn pasti saat sekolah kesulitan sekali ya?
    Penasaran cara belajarnya waktu itu

    ReplyDelete
  6. Terharu banget bacanya, Mbak Bulan akhirnya bikin lembaga pendidikan untuk membantu orang yang bernasib sama sepertinya ya keren

    ReplyDelete
  7. Support untuk penderita dyslexia memang penting ya mbak, agar mereka bisa keluar dari masalahnya dan justru lebih berkembang dari sebelumnya. Beruntung banget ya mbak Ayu ketemu sama suami yang seorang ahli terapi dyslexia. keluarganya juga support juga.

    ReplyDelete
  8. Salut jadinya atas semua perjalanan dan perjuangan hidupnya Bulan Ayu.
    Memang ya setiap anak itu walaupun seperti memiliki kekurangan tapi di satu sisi pasti punya kelebihan. Pe banget nih buat semua orang tua

    ReplyDelete
  9. Wow... mantab bangeett Kak Bulan Ayu!
    Betul2 menginspirasi banyak pihak, terutama ortu dgn anak disleksia.
    Kudu teteup semangaattt yak

    ReplyDelete
  10. MasyaAllah. Makasih mba Alisa sudah mengenalkan mba Bulan Ayu banyak yang saya ambil pelajarannya. Apalagi nanti kalo punya anak

    ReplyDelete
  11. Bagaimana Allah mengatur takdir Bulan Ayu sedemikian rupa yaa, kak..
    MashaAllah.

    Semoga ilmunya bisa menjadi penyemangat untuk para orangtua yang memiliki anak atau keluarga dyslexia.

    ReplyDelete
  12. Berarti dyslexia ini bisa genetic juga ya mbak Al, wak ini aku jadi banyak tau juga nih dari ulasan mbak Al tentang Dyslexia.

    ReplyDelete
  13. MasyaAllah, saya jadi lebih banyak tahu tentang dyslexia nih. Aku curiga anakku yang kecil ini ada kecenderungan ke arah sana, tapi mau bawa ke psikolog nggak sempat-sempat.

    ReplyDelete
  14. Iya bulan Ayu hemat banget dengan segala keterbatasan, susah nilai lebih dari 6 tapi bisa kuliah hingga pascasarjana

    ReplyDelete
  15. Memang butuh kesabaran dari orangtua dalam mendampingi anak dyslexia. Kadang-kadang kan taunya anak kenapa kok ga bisa-bisa baca, yang ada malah marah karena menganggap anaknya tidak mau belajar. Padahal jika sudah ketemu solusinya, anak dyslexia ini biasanya punya bakat khusus.

    ReplyDelete
  16. Sebagai seorang dislexia Bulan Ayu termasuk hebat dan sukses karena bisa menyelesaikan kuliah di jurusan hukum. Dia juga magister. Pencapaian tersendiri buat seorang dislexia.

    Dari artikel ini aku baru tau kalau dislexia bisa diturunkan. Salut buat ibu dan guru hebat seperti Bulan Ayu.

    ReplyDelete
  17. Disleksia ini sering ga kedeteksi kalau di sekolah umum. Dan langsung aja anak-anak yang sulit membaca dituduh pemalas dan bodoh. Butuh nih edukasi disleksia di kalangan orang tua wali murid dan guru

    ReplyDelete
  18. Masya Allah, inspiratif sekali ya Mbak Ayu ini. Kebayang deh gimana stresnya beliau saat kecil. Jangankan dulu, sekarang pun tekanan ke anak untuk bisa Baca tulis hitung masih sangat besar. Gimana rasanya itu yang dyslexia. Huhu. Semoga apa yang beliau dan suaminya pelajari bisa membawa manfaat ke banyak anak dyslexia.

    ReplyDelete
  19. Wow keren banget mbak bulan Ayu ini walau dysleksia tapi bisa jadi sarjana dengan 3 gelar. Nggak kebayang gimana perjuangan beliau mengingat kondisinya. Jadi penasaran saya bagaimana pendekatan yang dilakukan dalam menghadapi anak yang dysleksia ini

    ReplyDelete
  20. Mbak Bulan Ayu keren, sampai magister, padahal itu enggak mudah. Nah, dyslexia ini mungkin di sekeliling kita ada, tapi orang tua aja yang kurang memahami. Enggak ada anak yg bodoh, tp kalau ada anak yg gg bisa dalam pelajaran langsung dikatain bodoh, tidak mencari tahu kenapa, apa kesulitan belajar atau apa..

    ReplyDelete
  21. Masya Alloh Tabarakalloh, kisah Bulan Ayu ini menginspirasi sekali, ya. Yang awalnya kekurangan justru kini membuatnya lebih maju. Semoga tetap semangat menginspirasi dan menebar kebaikan.

    ReplyDelete