Mau Jadi Jurnalis? Ini Syarat Pentingnya


kerja-jadi-jurnalis


Assalamualaikum, Mau Jadi Jurnalis? Ini Syarat Pentingnya, aliaef.com

Sebenarnya udah lama pingin berbagi soal kehidupan jurnalis,  cara kerja, pengambilan angel tulisan, bagaimana menghadapi narasumber, bagaimana supaya narasumber mau buka suara, bagaimana doorstop narasumber, banyaklah. Entah kenapa, kok malesss bangeettt.



Sebenarnya saya juga nggak jago-jago amat jadi jurnalis, standar. Tulisan saya juga nggak bagus, liputan juga ke tempat biasa aja, malah ngenesnya saya nggak pernah lho ditugasin ke luar negri (lols..pedih akutuuuu).  Sutralah, tiap perusahaan pasti punya kebijakan beda-beda. Tapi saya bersyukur bisa jadi jurnalis, salah satu cita-cita saya (dari puluhan cita-cita waktu kecil) akhirnya tercapai. Meski akhirnya setelah menjadi jurnalis nggak sesuai yang saya bayangkan waktu kecil.
Nah, mumpung anak-anak lulusan SMA banyak yang bingung mau kuliah ambil jurusan apa. Saya mau berbagi cerita apakah untuk menjadi jurnalis ada jurusan kuliah tertentu? Apakah semua jurusan bisa kerja menjadi jurnalis? Semoga tulisan ini sebuah awal yang nantinya akan berlanjut dengan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan jurnalis lainnya, aamiin.

Okeh

Saya kuliah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Bukan kampus beken dan favorit, kampus biasa banget. Kuliahnya juga bukan soal jurnalis, kebanyakan soal sosial dan kehidupan masyarakat.

Kenapa sejak kecil mau jadi jurnalis? Karena saya suka menulis, saya suka investigasi (kebawa dengan bacaan buku detektif) dan saya suka bertanya. Pokoknya orang rumah udah enek banget kalau saya tanya mendetil. Dan saya merasa puas dengan jawabannya, kalau pun belum puas saya akan tanya terus, mencecer sampai ketemu yang srek di hati. Nah ini penting jadi jurnalis (eh bagian ini entar aja ya).

Di kampus gak ada khusus mata pelajaran soal menjadi jurnalis meski ada nyelip sedikit mata kuliah komunikasi. Lulus kuliah dan mulai cari kerjaan yang kebetulan ada lowongan di Koran Rakyat Merdeka. Saya melamar dan Alhamdulillah langsung diterima.

Teman-teman saya di kalangan wartawan,  bukan jurusan jurnalis di kampusnya, ada yang dari IPB, Hukum, Ilmu Budaya, Sastra meski banyak juga yang dari IISIP yang memang kuliahnya jurnalis banget.


Jadi syarat penting untuk jadi jurnalis secara garis besar adalah: 



1. Lulus S1 (kalau sekarang sepertinya udah bisa magang meski masih kuliah. Waktu saya masih di Tempo banyak kok anak magang yang masih kuliah, mereka ngebantu banget, kayak menulis translit berita luar, kalau lagi nggak ada reporter, mereka ikut juga ke lapangan. Enaknya magang, kalau udah lulus, melamar di tempat itu bisa langsung diterima karena kantor udah tau cara kerja dan tulisannya). Jadi gak capek-capek lagi melamar di tempat lain.

2. Bisa menulis. Karena nanti akan di test. Tes menulis berita soal apapun

3. Wawasan luas. Harus tahu berita terbaru yang sedang heboh saat itu.

4. Pengambilan angle tulisan. Ketika menulis sebuah berita kita harus tahu, awal tulisan mana yang bakal dibaca terus hingga habis sama pembaca. Kalau awalnya udah membosankan, bakal ditinggal itu. Pembaca akan cari media lain yang bisa memenuhi kebutuhannya. Kalau saya buka media online sekarang, banyak banget ketemu tulisan awal yang membosankan, ngalur ngidul nggak jelas. Inti isu nya malah di tengah atau di bawah.

5. Judul. Banyak sekarang media yang memakai judul bombastis tapi isinya nggak nyambung, apalagi sekarang serba digital. Baiknya, judul itu sudah dijelaskan dalam paragraf awal, lalu berlanjut dengan penjelasan dari tulisan tersebut. Latar belakang isunya, karena pembaca gak membaca semua tulisan yang terkait dengan isu tersebut.

Misalnya isu soal Hagia Sophia berubah menjadi masjid. Pasti di media itu ada 2 sampai 3 tulisan dengan angle dan judul berbeda, tapi masih membahas Hagia Sophia. Nah ketiga tulisan  itu pastinya ada latar belakang yang sama. Dimasukkan di akhir tulisan sebagai pendukung atau informasi tambahan.

 6. Banyak kosa kata yang dipakai, artinya kita harus banyak  membaca

Lalu keinginan menjadi jurnalis itu juga harus dibarengi dengan kepribadian serta karakter yang menunjang. Ini contohnya.

1. Supel.
Harus cair ketemu orang baru, karena pekerjaan jurnalis itu setiap hari akan ketemu orang baru, yang pastinya narasumber. Saya paling suka ketemu narasumber baru sekalian saya menebak-nebak karakter dan sifatnya.

2. Jangan Manja
Waduh yang manja mending ke laut aja. Bisa dibilang kerjaan jurnalis ini kenyang di lapangan. Saya ini dulu termasuk penakluk jalanan lho (halah), dari satu ojek ke ojek lainnya yang waktu itu belum ada gojek atau grab. Kena panas, hujan, debu, pokoknya bakal super dekil banget.

3. Jangan Cengeng
Bisa kacau kalau dibentak narasumber langsung mau nangis. Narasumber itu nggak selalu baik ke wartawan geys. Kalau ketemu narsum yang nyebelin, judes dan jutek, bisa aja kita dimarahin. Kalau saya pernah sih beberapa kali, biasanya saya nyaut, ''santai aja mbak, inikan kerjaan saya bertanya. Mbak kan publik figure, kalau nggak mau ditanya wartawan jangan jadi orang terkenal.''

4. SKSD. Sok kenal sok dekat.
Emang annoying si, tapi worth it. Kita bisa dapat jawaban narsum yang kita inginkan, apalagi kalau ada titipan pertanyaan dari redaktur. Wah bisa-bisa dibentak di kantor kalau nggak bisa memenuhinya.

5. Kuat
Kalau mau dapat berita yang diinginkan, atau kejar narsum yang pas sesuai isu,  kita harus kuat melawan arus wartawan TV yang notabene laki dan bawa kamera. Wuih kalau disenggol sedikit jatuh, lewat itu berita. Atau lelarian ke sana kemari cari narsum yang biasanya ngumpet karena tau dijadiin target.

6. Nyolot
Gimana caranya dapet berita dari narsum yang pelit ngomong. Harus nyolot, puter otak, kira-kira pertanyaan apa yang dia suka. Nggak sedikit ketemu narsum yang sok kepinteran dan melecehkan pertanyaan kita. Ada tuh salah satu musisi, kalau ditanya wartawan wajah dan matanya lihat ke mana-mana.

7. Gesit
Wartawan itu dunia tanpa koma, artinya akan terus menerus berputar di sekitar itu aja. Menulis berita, liputan, janjian wawancara, mengejar deadline lalu cari lagi isu terkini, kayak gitu terus nggak pernah selesai sampai kita memutuskan untuk pensiun. Kalau lelet, letoy dan mager -an, bakal lewat isunya karena kalah cepat dengan media lain.

Semoga Bermanfaat. Insya Allah next dilanjut ya geys

Alia Fathiyah

2 comments

  1. Aku jadi redaktur ga galak kok....wkwk, cuma suka balikin tulisan reporter aja kalau ga sesuai.

    Atau nanya,"sini baca deh tulisan kamu. Kamu ngerti ga maksud tulisan kamu? Kalau kamu aja bingung, gmn org yg baca." ����

    Ga galak kaan...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya bener, emang harus digituin. Suruh dia baca tulisannya sendiri hhihi

      Delete