Menulis dengan Cinta ala Dini Fitria


"Menulis dengan Cinta bersama Dini Fitria"
Begitu flyer yang saya lihat di Instagram dan Facebook Komunitas Indonesian Social Blogpreneur.
Siapa ya Dini Fitria, begitu saya membatin, ketika sekilas membacanya. Lalu terlupakan.

Tak berapa lama para blogger heboh membahas hasil worksop tersebut, bahkan ada pemenang tulisannya. Sayapun kepo.

Beberapa hari kemudian muncul lagi flyer yang sama, tapi kini dengan embel-embel batch 2. Saya mulai tertarik lalu mendaftar.  Ternyata, nama saya sebagai salah satu peserta yang terpilih. Baru deh saya browsing siapa Dini Fitria itu.

Semoga hokinya Dini Fitria ketularan Ya Allah, Amin
Dini Fitria
Ternyata Dini Fitria adalah seorang penulis novel trilogi Islah Cinta yang best seller. Dia juga pernah menjadi jurnalis TV di Trans 7 untuk acara Bocah Petualang serta  Dunia Binatang, Dunia Air. 'Capek' jadi jurnalis (*ngomong sama kaca), Dini lalu membelot menjadi produser di Jazirah Islam yang sukses.

Yang menarik perhatian saya dari hasil browsing adalah perjuangannya dalam menyangkal vonis dokter kalau dia tak bisa punya anak dan menderita kanker otak.Telah tujuh tahun menikah, Dini Fitria tak kunjung hamil. Tapi wanita ini percaya adanya Allah, manusia yang memvonis tapi Allah yang menentukan.

Terbukti hasil dari ikhtiarnya, kini, wanita berdarah Minang itu telah dikaruniai dua anak sehat dan cakep Muhammad Everest Adziqa dan Raihana Almahyra Mumtaz. Dini kini justru makin produktif dengan kesuksesannya sebagai penulis.

Dalam beberapa foto di internet, terlihat Dini Fitria dengan hebatnya memberikan materi penulisan di beberapa tempat sambil mengendong bayinya. Wanita setrong!!

Workshop yang disponsori oleh Blibli.com dan Zoya Cosmetics itu berlangsung di kantor Blibli.com di kawasan Tanah Abang pekan lalu. Saya sempat 'melirik' novel Islah Cinta yang ketiga. Saya takjub, Dini mampu mengungkapkan kisah perjalanannya yang dibumbui fiksi dengan bahasa yang mendayu, enak dibaca, selaras dan mampu mengekspresikan situasi dengan sangat baik.

Saya minder. Saya termasuk susah mengungkapkan tulisan dengan kalimat mendayu. Bahasa tulisan saya jauh dari diksi, tapi mengikuti workshop ini saya jadi tahu banyak. Masih banyak ilmu menulis yang harus saya pelajari.

Workshop Menulis dengan Cinta bersama Dini Fitria

Dini Fitria bisa dibilang menularkan 'virus' menulis dengan rasa ketika memberikan materi penulisan di mana saja. ini terkait dengan beberapa proses dalam menyelesaikan karyanya yang kini telah menjadi best seller itu.

Ceritanya, pada 2011 pemilik lesung pipi itu ditugaskan ke India untuk meliput. Saat itu dia merasa 'enek' banget sama India, nggak ada hal yang menarik dan indah di negara penghasil film terbesar di dunia itu.

"India itu kayak hell, hancur, kotor, saya berjanji nggak akan ke India lagi meski disponsorin," kata Dini dengan gayanya yang ceplas ceplos.


Tapi apa yang terucap seringnya justru malah mendapatkan kenyataan yang sebaliknya. Ketika sudah menjadi penulis novel, Dini Fitria diminta sang penerbit untuk menyebutkan negara mana saja yang belum dipakai latarnya untuk novel. Ternayata sang penerbit memintanya ke India.

Sebelum ke India lagi, Dini Fitria sempat menulis beberapa lembar tulisan dengan latar India hasil dari pengalamannya pada 2011 itu.

"Tapi kok rasanya garing. Gue aja males bacanya, gimana orang lain? Berasa hampa," kata pemilik mata cemerlang itu.

Akhirnya pada 2016, Dini kembali ke negara 'neraka' itu, dan justru dia malah jatuh cinta.  Dini makin menyadari, menulis dengan rasa itu penting banget.

Sayamah setuju banget. Ketika saya menulis di blog, tulisan asal-asalan dan tulisan dengan hati hasilnya beda.Kalau dengan hati, saya bacanya juga enak, mengalir dan apa adanya. Tapi kalau tulisan dipaksakan (biasanya yang sponsor post , Lols) saya cuma memenuhi kewajiban deadline dari yang membayar. Yang penting jadi, yang penting ada, yang penting kewajiban dipenuhi.

Jadi daripada beban menulis, saya termasuk selektif memilih event, undangan atau sponsor post. Bukannya belagu dan sok kaya (jujur, saya lagi bokek berat ini, Lolss *curcol), saya pilih-pilih yang isinya bakal bermanfaat, saya seneng nulisnya dan saya jadi nambah ilmu. Ada juga kok, tulisan event, yang saya nulisnya santai dan mengalir, ternyata menang lomba (Alhamdulillah).

Oke kembali ke Dini Fitria, cukup curcol saya yang nggak penting.

Nah, wanita yang bersuamikan jurnalis itu juga menjelaskan bagaimana menulis feature. Pengalamannya sebagai jurnalis TV adalah ditugaskan menulis laporan yang nggak ada di gambar atau video. Peer bangetkan.

Feature itu soal fakta, feature is all about emotion, bukan cuma soal bahagia sedih, tapi juga soal a taste. Begitu kata Dini.

Dini menyarankan banyak membaca sehingga bisa menambah kosa kata dalam penulisan. Tak melulu harus membaca novel, tapi membaca puisi, koran atau bacaan berat bisa memberikan keragaman kata dalam penulisan.

Ciri-ciri Feature Stories
1. Bertutur
2. Deskriptif , menggambarkan suatu profil atau peristiwa secara gamblang
3. Informatif
4. Gaya Penulisan
5. No need exactly 5W1H
6. Human of Interest

Tekhnik Menulis Features
Jenis-jenis Features
Do & Don't

My Big Wish
Seseorang yang suka menulis kayaknya nggak mungkin, kalau nggak termotivasi setelah hadir di workshop ini.

You know what genks, di sela-sela mengikuti materi Dini Fitria, tetiba pikiran saya melayang ke novel saya yang nggak jadi-jadi (silahkan yang mau ketawa, hahahah).

Yup!

Gimana mau jadi, wong udah berbulan-bulan aja nggak ditengok itu novel. Kayaknya kzl sendiri gitu, sama mood yang sulit ditata dan sedang berusaha mencari kambing hitam.

Jujur sih, ini pertama kalinya mau coba bikin novel, saya yang terbiasa bikin cerpen (itu juga kebanyakan ditolak, hahahah), agak kesulitan untuk menulis cerita panjang meski ide cerita wara-wiri di otak.

Ada yang mau tau cerita novel saya? Mau tau aja apa mau tau banget??

Ceritanya sih masih soal kisah cinta (itukan yang paling laku) tapi ada hal yang berbeda, yang saya lihat belum ada di novel manapun. Sutralah, nanti malah spoiler dan novel saya jadi ditolak penerbit (jaaah kepedean).

Jadi Dini Fitria ini memicu saya untuk menyelesaikan novel tersebut, meski saya tidak pintar dalam penulisan sastra yang mendayu. Benar kata orang, tulisan kita adalah gambaran diri kita sendiri. Saya tipe to the point, nggak suka basa-basi, alhasil tulisan saya lebih ngepop dan jauh dari kalimat-kalimat andai-andai seperti puisi.


Ini salah satu puisi yang saya suka banget, milik maestro sastrawan Sapardi Djoko Damono.

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;dengan kata yang tak sempat diucapkankayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
― Sapardi Djoko Damono

Pingin banget menulis kayak Pak Sapardi, tapi saya harus banyak belajar lagi. Well, doakan novel saya selesai dan ada penerbit yang tertarik ya. Ayo aminkan..

Amin.

Apa Big Wish kamu genks?

#Bliblisekarang

Semoga Bermanfaat

ALIA F


7 comments

  1. keren ya Dini Fitria, jadi pengen seperti dia.

    ReplyDelete
  2. Semangat Mba. Walau pas jelang pulang ditelponin terus disuruh cepat pulang ya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha iya teh, alarm rumah manggil-manggil, lol

      Delete
  3. Aku ingin mencintaimu dengan belanja, supaya bisa nonton bola ke Rusia. Bagus ga premisnya...

    ReplyDelete
  4. Ayooo dong mbak Al diterbitin novelnya, hihiy.. nanti aku minta tanda tangan sama foto bareng yak.. blogger harus terus berlatih nulis emang, supaya enggak kering rasa tulisannya :D

    ReplyDelete