(Review) Film Spider-Man: Homecoming, Superhero Rasa ABG



Uhuyy.. Spider-Man is Back!!. Gue dapet kesempatan nonton duluan sebelum tayang di bisokop (curang!). Yahh, maklumlah eyke kan wartawan, jadi diundang lebih cepet untuk nulis resensinya boo.

Nggak sah kalau nggak ngebandingin dengan Spider-Man sebelumnya. Seperti si Tobey Maguire (2002) yang culun, dan jauh dari ganteng. Dengan latar pekerja sebagai seorang fotografer. Di sini, Spider-Man Tobey lebih ke kelam, serius, dan penyendiri. Kayaknya susah mulu, di rumahdengan bibinya atau dimaki-maki bosnya.

Lalu si ganteng Andrew Garfield pada 2012 mencoa 'memecahkan' karakter Spider-Man yang culun. Dengan latar anak kuliah, Peter Parker ini kayaknya lebih sering galaunya, karena cintanya pada Gwen. Di sini udah mulai tampil Spider-Man yang lucu, ceriwis dan nyeletuk terus. Mungkin karena cinlok si Garfield dan Emma Stone, jadi film ini lebih ke romantis. Ada beberapa adegan yang bikin penonton baper.

Nah, yang terbaru si Tom Holland, aktor dan penari asal Inggris. Menampilkan Spider-Man  anak ABG di usia 15 tahun. Marvel sepertinya mencoba seperti kembali ke konsep awal dari komik superhero dari laba-laba ini. Film keluaran Marvel ini membawa cerita kembali ke seting sekolah SMA .

Jangan bayangkan ada manusia yang berubah menjadi mosnter, munculnya mutan atau ada kiamat di kota New York  seperti sebelumnya.

Cerita masih nyambung dengan kisah Avengers terakhir di mana Peter Parker (Tom Holland)  direkrut Tony Stark (Robert Downey Jr) untuk bergabung dengan tim Avengers. Sejak itu, Starks merasa Peter adalah tanggung jawabnya dengan menyuruh asisten pribadinya  Happy Hogan (Jon Favreau) untuk mengawasi. Kostum Spider-Man yang diberikan Tony diberikan alat pengawas.

Bersamaan dengan itu, Adrian Toomes (Michael Keaton) seorang kontraktor merasa kesal dengan sekelompok elit yang melarangnya melanjutkan pekerjaan dengan membersihkan alat-alat paska perang Avengers itu. Kemarahannya itu dilampiaskan dengan membuat senjata mematikan dari barang-barang aliens yang sempat dibawanya.

Toomes juga membuat kostum dari alat tersebut yang bisa terbang dengan kekuatan mumpuni, yang disebutnya Vulture.

Pertemuan Spidey dengan kelompok Vulture ini juga tidak sengaja. Peter yang 'mati gaya' menunggu 'panggilan dari Happy untuk bergabung di misi selanjutnya, bertemu dengan anak buah Vulture yang sedang merampok uang di ATM. Dari sana, Peter menyadari ada senjata mematikan yang sedang beredar.

Untuk Spider-Man kali ini, Peter diberikan seorang sahabat setia Ned (Jacob Batalon), seorang anak cowok gendut yang setia dengan Peter. Hanya Ned yang tahu identitas asli Peter Parker sebagai Spider-Man.

Beberapa adegan lucu dengan dialog lucu pula, sehingga film ini 'enteng' ditonton. Bukan saja dari konsep anak remaja, untuk musuh, konflik serta tampilan kerusuhan di film dibuat tidak bombastis.
Sang sutradara 'main aman' dengan memberikan konflik yang mudah. Bahkan ketika Spider-Man harus berhadapan dengan Vulture, kerusakan yang terjadi terbilang minim. Jon Watts, si sutradara hanya menampilkan khas karakter anak remaja yang menggunakan emosi tanpa berfikir panjang. Suka-sukaan sama cewek, dibully, merasa udah hebat karena ikutan misi Avengers atau ikutan lomba 'Cerdas' Cermat'.

Konflik 'aman' nya bisa dilihat seperti di adegan di kapal laut yang terpotong dua. Spider-Man kebingungan apa yang harus dilakukannya agar tak ada korban jiwa. Tiba-tiba... terettereettt...muncul sang penyalamat yang tak lain Iron Man. Seperti anak yang selalu dilindungi bapaknya.

Mungkin untuk ukuran anak-anak remaja film ini terbilang baik, cerminan mereka, tapi untuk pecinta Spider-Man dan superhero lainnya masuk kategori dewasa, film ini kurang greget dan tidak menaikkan adrenalin.

Hanya banyak bagian-bagian lucu, ketika Spider-Man terperangkap di dalam gudang. Ketika dia interaksi dengan Ned dan teman-temannya di sekolah, ketika dia gagal melakukan interogasi ke penjahat, ketika dia mencoba menjadi superhero dengan banyak membantu orang tapi justru dicela. Sepertinya bagian itu yang bikin penonton tertawa.

Jon Watts juga menampilan multi kultural di film ini. Tengok saja, teman-teman Peter dipilih dari berbagai budaya. Mulai Ned dari Hawaii, Michelle dari Meksiko, Liz dari perpaduang Afro Amerika, Manuel yang sering mem-bully-nya dari India.

Selain itu, penjahat dan cerita yang diberikan mampu dicerna penonton remaja yang memang seusianya. Tidak perlu ada monster kadal, atau manusia pasir atau profesor yang berubah menjadi robot kepiting.
Tom Hollad terbilang berhasil menjadi Spider-Man jika ingin dibandingkan dengan dua karakter sebelumnya. Sedangkan Michael Keaton, yang pernah menjadi Batmann itu mampu menjadi Vulture yang membahayakan . Michael Keaton lagi-lagi mampu menampilkan sosok penjahat yang santai tapi mematikan.

Yang bikin gue ikut deg-degan (baper), ketika Peter di dalam mobil bersama Liz untuk pergi ke pesta dansa sekolah. Udah ah, bagian ini yang spoiler. Anyway, film Spider-Man homecoming terbilang lumayan, pas untuk tontonan anak-anak remaja. Judulnya mungkin bukan Spider-Man doang, tapi Spider-Man dan Iron Man, Lolss.

ALIA F

13 comments

  1. Aku dan suami ampe beli kaos seragam gbr spidey demi dipake bareng pas nonton filmnya wkwkwkwkwk... Niat banget

    ReplyDelete
  2. Wah, jadi excited buat nonton meskipun pemeran Spidey-nya kurang greget, hehehe.

    ReplyDelete
  3. Aku gak sabar pingin liat Tom Holland ini sepanjang film jd Spidey gimana.. Kalo kata mba Al sukses berarti ok ya.. Hihi.. Kata tmnku yg baru nonton jg kurang greget di action-nya.. Mungkin buat jangkau segmen yg lebih muda ya jd gak kompleks jg ceritanya. Wiken ini baru bisa nontonnya nih, gak sabaaar... Tfs ya mbaa.. Oiya, penasaran jg sama post credit scene-nya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya, post credit scene emang paling ditunggu

      Delete
  4. mukanya kurang sepaidermen, jadi aku yessss sama mamas tobey aja mak

    ReplyDelete
  5. saya kalau lihat spider man yang ini kok kesannya jadi kayak main-main ya?

    ReplyDelete
  6. Wahh..jadi penasaran pengen nonton langsung.

    ReplyDelete
  7. Cerita homecoming ini emang dibikin nyambung sama film-film MCU, yang dimulai sejak Ironman pertama hingga Guardian of the Galaxy yang mana nantinya semua karakter superhero itu akan menyatu dalam film Infinity Wars. Impresi saya terhadap film ini adalah, ini permulaan yang fresh. Tidak sekadar reboot belaka, tapi lebih kepada visi ke depan. Setelah film ini lalu apa. Ini yang menarik dari rangkaian film-film Marvel superhero dengan ide jenius dari Kevin Paige.
    Btw nonton duluan berarti Premiere dong Mbak? Di mana? Gandaria City?

    ReplyDelete