(Review) Film Ada Apa dengan Cinta 2, Masih dengan Cinta dan Rangga


Nasib sebuah sekual film itu bisa laris manis atau jeblok. Tapi euforia bisa membantu sebuah sekuel hingga laku di bioskop. Seperti yang terjadi pada film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) yang antusias penonton membludak di bioskop. Saya kebetulan beruntung mendapatkan undangan untuk Nonton Bareng film AADC2 dari Mitsubishi yang mendukung dalam menyediakan kendaraan penumpang Mitsubishi Motors untuk para pemeran yang menghadiri Gala Premier di Yogyakarta dan sponsor konser musik soundtrack film AADC2 yang disiarkan sebuah stasiun televisi swasta.

Menurut saya, euforia film AADC2 dimulai ketika aplikasi kirim pesan, LINE muncul, lengkap dengan semua pemainnya. Cuplikan iklan yang hanya beberapa menit itu, membuat kepo  anak-anak ABG yang tidak ngeh soal film AADC 14 tahun lalu.

Tapi untuk saya pribadi, film AADC 14 tahun lalu itu, salah satu film Indonesia terbaik tema percintaan remaja yang dibuat oleh sineas Indonesia (setelah film Galih dan Ratna akhir tahun 70-an yang dimainkan Rano Karno dan Yessi Gusman). Ceritanya segar, pemainnya baru semua, plotnya enak ditonton dan jalan ceritanya remaja banget. Mereka masih lugu, newbie di dunia perfilman dan asik banget ditonton. Nggak heran, AADC salah satu film yang menjadi pencetus hidupnya film Indonesia lagi setelah mati suri cukup lama.

Saya salah satu yang excited mendengar AADC 2 akan dibuat. Nonton cuplikannya di LINE saja bikin saya seneng banget. Senang lihat gank Cinta dan lihat si cool Rangga, yang katanya 'dulu kalau bingung nyenengin, sekarang nyebelin banget'.

Cerita dibuka dengan tiga gank Cinta lagi berkumpul dengan suami-suaminya. Cinta (Dian Satro) akan menikah dengan Trian (Ario Bayu), lalu ada Maura (Titi Kamal) si centil yang suka dandan dengan suaminya beneran, Christian Sugiono, serta si lemot Milly (Sissy Priscilia) yang lagi hamil. Milly yang lemotnya nggak ilang-ilang itu (tapi dia yang menjadi pencetus tawa selama film) ternyata menikah dengan Mamet, yang dulunya cinta banget sama Cinta. Sedangkan Alya, telah meninggal karena kecelakaan.


Mereka memutuskan berlibur ke Yogyakarta sekaligus menemani Cinta menghadiri pameran sebuah karya seni, tanpa suami. Di belahan dunia lain, New York, si Rangga (Nicholas Saputra) khas dengan wajah cool, sinis dan juteknya itu memiliki cofee shop dan menjadi penulis kolom di sebuah surat kabar.

Dalam perjalanan film, penonton jadi mengetahui, kalau Cinta diputusin Rangga 9 tahun lalu hanya lewat sepucuk surat. Kemunculan adik tiri Rangga di New York, membawa Rangga ke Yogyakarta untuk menemui ibu kandungnya yang sudah 25 tahun menghilang.

Bisa ditebak, di sini Rangga dan Cinta akhirnya bertemu. Sayangnya saya tidak melihat chemistry Dian Sastro dan Nicholas Saputra ketika mereka dalam scene berdua. Terlihat datar, tak ada sinyal-cinyal cinta, secara mereka tak bertemu selama 9 tahun. Yang justru mengena, ketika keduanya berjauhan dan film hanya mempertontokan narasi puisi-puisi Rangga dan gambar sosok pasangan itu dalam siluet.

Sayangnya lagi, Mira dan Prisma Rusdi, seperti terpaku pada cerita Rangga dan Cinta saja. Scene mereka berdua menyusuri Yogya semalaman, terasa membosankan. Itu hanya diselingi ketiga temannya, Maura, Milly dan Carmen yang resah menunggu Cinta. Itu saja. Konfliknya kurang kompleks. Wajah Cinta setelah semalaman tidak tidur, tetap terlihat cantik, pipinya memerah serta bibirnya yang sumringah. Meski hal kecil, harusnya Riri sebagai sutradara memperhatikan detil itu.

Saya mungkin salah satu dari barisan penggemar AADC yang kecewa melihat garapan Riri Riza ini. Pertama, tidak munculnya Alya dari barisan gank Cinta. Sosok Alya yang pendiam, menjadi tempat curahan dari segala kegalauan Cinta. Tapi peran itu digantikan Carmen yang diperankan Adinia Wirasti, yang lebih banyak memainkan mimik wajah dalam film.

Untuk masing-masing karakter, well..Dian Sastro masih mampu menjadi Indonesian Sweet Heart. Meski ada beberapa yang 'bocor' di tengah film, Dian kurang konsisten dengan sosok Cinta yang agak galak, to the point dan menjadi leader di gank-nya. Sissy masih lucu dengan peran Milly, dia yang membuat film menjadi hidup. Titi Kamal  masih pas dengan karakter Maura yang paling cantik, paling bersih dan perempuan banget, meski sepertinya saltum waktu ke pasar mengenakan topi lebar (Lols), dan Adinia Wirasti masih dengan tatapannya yang galak, dan karakternya menurut saya tak jauh berbeda dengan film-film dia yang lain. Lalu bagaimana dengan Nicholas Saputra? Dia masih cool, dan sinis, sayang, make up wajahnya tidak dibuat 'cakep', seakan-akan dia lama di New York (mungkin ini penilaian subjektif saya, gregetan Nicho gak seganteng AADC 1, hiks).  Tapi saya suka aktingnya dapet banget ketika dia bertemu dengan ibunya setelah 25 tahun berpisah.


Film AADC2 sepertinya hanya ingin mengabulkan desakan penggemar yang sudah kadung cinta dengan video di LINE, belum lagi banyak sponsor iklan yang masuk. Tapi saya salut, Mira Lesmana nekat pasang badan dengan Captain America: Civil War di bioskop, dan mampu menarik penonton yang fantastis.

Bisa ketebak endingnya, Cinta masih milik Rangga. "Hidup itu hanya sekali, dan saya tidak bisa membayangkan, jika hidup saya tanpa kamu," kata Cinta di bawah hujan salju di New York yang romantis sambil memeluk Rangga.

ALIA F

1 comment