Bismillah...
Assalamualaikum gais, udah lama banget gak nulis di blog. Padahal di otak banyak banget rencana yang akan ditulis. Beberapa bahkan ada di draft tapi kepending sama urusan yang lain.
Nah yang saya akan tulis sekarang adalah relate dengan kondisi saat ini tentang jual beli kuota haji reguler yang marak. Kuota haji tambahan yang diberikan Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia justru diperjualbelikan antar travel dan oknum di Kemenag. Karena kehebohan inilah saya jadi pingin sharing di sini. Siapa tahu ada yang bernasib sama
Prank Soal Pendaftaran dan Pendampingan Haji
Jadi saya seperti kena prank. Tahun 2017 akhir saya daftar haji lewat bank syariah dan ke Kemenag Kabupaten Tangerang. Waktu daftar saya tanya ke petugas nya apakah bisa sewaktu waktu mendampingi orang tua? Katanya bisa, asal selipkan aja kartu keluarga atau akte lahir. Daftar hajilah saya, yang selesai prosesnya awal tahun 2018. Jadi saya tercatat haji itu Januari 2018 dan dapat porsi haji tahun 2031.
6 tahun berlalu..
Qadarullah pada Agustus 2024 ibu saya keserempet mobil. Jadi tiap pagi ibu saya itu suka menyapu daun yang jatuh di depan rumah saya. Katanya sekalian jemur dan olahraga. Ada tetangga bodoh, yang mundurkan mobil dari jalan raya komplek masuk ke blok (gang rumah). Padahal cuma beda 4 rumah dari ujung jalan, dan gak habis pikir juga ngapain dia mundur. Bisa aja dia maju masuk gang dan nantinya bisa keluar lewat ujung jalan satunya. Tapi karena ketololannya dia mundurkan mobil
Lalu kebodohan dan ketololannya bertambah, dia tidak melihat ibu saya yang sedang menyapu lalu ditabraklah, terjatuh. (Saya saat itu lagi di luar kota, terlihat dari cctv). Kata paksu, dia pernah menegur tetangga itu jangan mundurkan mobil, emang dasar otaknya di dengkul, dia tetap aja mundurkan mobil tiap pagi untuk antarkan anaknya sekolah. Yang jadi korban ibu saya lagi.
Ketika memundurkan mobil, kita bisa melihat dari spion kanan, kiri, dan tengah apakah ada orang di belakang? Apakah kondisi aman?. Orang dewasa aja gak terlihat, bagaimana jika ada anak kecil disitu?
Oke skip cerita si bodoh ini (kalau inget bikin emosi)
Dibawa lah ibu saya ke rumah sakit, dironsen, terapi dll. Taukan kalau orang lansia sudah pernah terjatuh efeknya bakal panjang. Gak bisa itu sembuh seperti sediakala.
Daftarin KBIH
Ibu saya terdaftar haji itu tahun 2026. Memang dari awal mendaftar haji ada terbersit niat siapa tahu bisa temenin ibu saya haji karena diakan sendiri, dan saya anak perempuan satu-satunya. Untuk memuluskan jalan itu, mulailah saya mengurus daftar ke KBIH di Dewan Dakwah, Jakarta Pusat. Tidak jauh dari rumah ibu saya. Apalagi melihat kondisinya yang sudah mulai susah berjalan, kadang sholatpun duduk. Efek ditabrak mobil itu kena di bagian belakang tubuhnya.
Ketika sampai di Dewan Dakwah, dan saya sodorkan berkas untuk haji, saya tercenung, terdiam, melongo, ketika petugas bagian haji umrah di KBIH itu mengatakan:
"Ibu gak bisa dampingi ibunya karena beda propinsi. Ibu di Tangerang sedangkan ibunya ibu di Jakarta."
Saya seperti kena prank. Kenapa kemenag Kabupaten Tangerang nggak infokan ini sejak awal? Kenapa mau ibadah aja dibuat ribet? Cuma perkara lokasi doang?
Kata petugasnya, saya bisa ambil kuota orang lain di Jakarta. Kalaupun mau barengan saya harus pindah KTP Jakarta dulu. Nanti setelah haji selesai pindah lagi KTP Tangerang. Astaga, ribetnya.
Negara sebesar ini, permasalahan soal zona masih dibikin ribet. Kenapa untuk kasus kayak gini, gak bisa dicari jalan keluar yang baik? Misal diberikan kuota haji orang yang sudah meninggal, atau kuota orang yang gak mampu melunasi lantaran biaya haji naik 2x lipet.
Saya keluarkan argumen apapun gak bisa itu. Saya pasrah. Mundur. Ibu saya aja daftar di KBIH sana.
Lalu saya masih ikhtiar mencari info dan pertolongan lain. Ada yang bilang coba ke KBIH lain, biasanya bisa. Itu tergantung KBIH nya.
"Ibu gue mau haji 2 minggu lagi berangkat tiba-tiba batal, dia nggak mau. Akhirnya dalam waktu mepet diganti sama kakak gue dan KBIH nya usahain bisa. Padahal kakak gue, belum pernah daftar haji. Jadi soal ibu elo ini pasti bisa, lo harus cari KBIH yang mau menolong," kata seorang teman yang sudah haji tahun 2024.
Saya direkomendasikan kakak ipar sebuah KBIH (travel haji umroh) yang saudaranya menjadi tour leader. Lalu saya WA TL nya itu, dia bilang bisa saya dampingi ibu saya. Asal daftar KBIH di travelnya dia. Wah saya semangat dong. Semoga ini petunjuk dari Allah, begitu pikiran saya.
Agar tidak kena prank lagi, saya tanya detil ke TL nya. Ini KBIH milik siapa kok bisa sakti mandraguna, padahal Dewan Dakwah kurang besar apa jadi KBIH? Ternyata itu milik ibu dari seorang ustadz terkenal.
Beberapa pertanyaan yang saya ajukan ke TL, ternyata dia forward ke bosnya. Lalu jawaban bos nya diforward ke saya. Beberapa hari kemudian saya tanya kembali, gimana prosedurnya. Bagaimana info selanjutnya? Dia forward lagi chat dari atasannya, 'bisa tapi harus bayar 186 juta.' What???
Inimah namanya nyogok. Harganya kayak haji plus. Tanpa pikir 2x saya skip. Ibadah ko nyogok. Selain nggak ada duit segitu, nggak bakal juga saya nyogok apapun itu alasannya. Saya ikhlas, mungkin memang belum waktunya untuk haji dan nemenin ibu saya. Ya sudah.
Beberapa minggu kemudian, entah bagaimana saya langsung dapet ide (namanya juga ikhtiar dengan niat baik), saya cari kontak humas Kemenag. Saya pakai profesi sakti, yaitu wartawan (hehehehe). Humasnya welcome, lalu saya direkomendasikan ke salah satu direktur yang bertanggung jawab untuk haji umrah. Saya WA beliau dan saya ceritakan kondisinya.
"Saya nggak minta apa-apa pak, cuma minta tolong saya bisa dampingi ibu saya. Saya gak mau zolim, saya hanya dimudahkan haji dari kuota orang meninggal atau orang yang gak haji karena gak bisa bayar," begitu kata saya via chat Wa ke pak direktur.
Lalu dia minta berkas saya dan ibu saya dengan chat kalimat yang bikin happy. Wah, saya seneng dong, seperti nya bisa, karena inikan kemenag langsung, nasional pula. Saya sampaikan kabar baik ini ke ibu saya sekalian berdoa semoga dimudahkan.
2 Minggu berlalu, nggak ada kabar. Saya chat pak direkturnya, gak dibaca (karena gak ada contreng biru), gak dibalas pula.
3 hari kemudian saya ditelpon dari stafnya pak direktur, kalau nggak bisa soal beda propinsi. Saya langsung lemes, kata dia udah sesuai UU lantaran zonanya berbeda, Jakarta dan Tangerang.
Saya kabari ke ibu saya, jelas dia kecewa. Akhirnya keputusan diambil ibu saya akan didampingi adik saya. "Kalau sama anak laki, hotel dan di masjid nya berbeda, gak bisa sama-sama," kata ibu saya.
Habis mau gimana lagi, saya udah ikhtiar kemana-mana. Ini tanda kalau Allah belum kasih saya untuk ibadah haji, dan menemani ibu.
Tahun 2025
Saya gregetan banget ketika membaca berita soal ribuan kuota haji reguler yang dijual mahal kongkalikong oleh oknum Kemenag dan orang travel. Ko tega banget hak orang dipermainkan? Orang nabung bertahun-tahun untuk haji, orang sampai jual tanah, jual sawah, jual mobil untuk daftar haji tapi haknya diambil? Ini ibadah woy..
Zolim kalian. Kalau ibu saya (mungkin banyak ibu lansia lainnya), kenapa-kenapa selama haji 42 hari tanpa ada anaknya yang dampingi? Kalian yang bertanggung jawab di hadapan Allah.
Negara sakit ini
Negara zolim
Negara rakus
Ibadah aja dikorupsi.
(Sori kalau sampe emosi jiwa)
Cuma bisa berdoa semoga selama haji mama dimudahkan dan dilancarkan hajinya, pulang ke rumah sehat walafiat dengan haji yang mabruroh, Aamiin Yra.
Semoga bermanfaat. Wassalam.
No comments