Saya cuma istigfar dan menatap kasihan jika melihat ada anak dikasari orang tuanya di tempat umum. Jika anaknya masih balita, pasti saya akan bereaksi. Menegur ibu atau bapaknya, paling imbasnya saya diomeli mereka karena terlalu ikut campur. Tapi bagaimana kita bersikap jika anaknya sudah besar? Misal 10 atau 11 tahun? Lalu, ketika insiden itu terjadi, saya bersama anak-anak, dan mereka melihat kejadian itu langsung di depan mata. Kita sebagai orang tua harus berbuat apa ya?
Saya punya pengalaman gini:
Pada Maret lalu ketika kami sekeluarga pergi ke Singapura. Kejadiannya di Bandara Soeta Terminal 3 Ultimate. (Kejadian ini pernah saya tulis juga di status di FB, dan banyak banget yang komentar prihatin juga kesal ke ortunya).
Baca: Begini Suka Duka Jadi Freelancer
Saat itu kita sedang antri masuk imigrasi. Ada dua barisan antrian, kebetulan di depan saya ada seorang ibu yang terlihat modern, kulit putih kekuningan, rambut panjang terurai di bawah bahu, baju dress sebatas lutus, memakai sepatu cakeplah, tas dicantel di tangannya. Di sebelahnya ada anak remaja, sekitar usia 10-11 tahun. Dia memakai jaket, badannya termasuk bongsor, memakai kaca mata, berkulit putih.
Saya mendengar anak ini bicara ke ibunya.
Anak: "Jam aku ketinggalan, aku lupa. Pas aku balik lagi udah nggak ada."
Ibunya: "Gimana kamu!Dicari!, pegang jam aja nggak bisa, kenapa bisa hilang. Tolol," terlihat sangat kesal. Tangan si ibu dikepalkan, lalu menonjok pipi anaknya dengan pelan.
Ternyata di antrian sebelah kanan itu bapaknya, dan anaknya yang kecil. Melihat istri dan anak sulungnya rusuh, dia melihat ke istrinya seperti bertanya ada apa. Si anaknya yang sulung berjalan ke ayahnya, pas tau jam nya hilang, tetiba si bapak menampar pipi anaknya.
"Bego amat lu... Itu jamnya mahal, mikir lu mikir. Bego amat si lu!!.*&^%$#@$^* (cercaan).
Saya dan kedua anak saya bengong melihat keluarga itu. Kita perhatikan bagaimana si anak habis diomeli ayahnya dengan perkataan-perkataan kasar. Si anak memasang wajah diam, tanpa ekspresi.
Ini insiden pertama.
Ada lagi insiden kedua, dari keluarga yang sama.
Kita berada di antrian lagi, kini antrian boarding. Saya kurang ngeh, tahu-tahu anaknya yang gede itu udah diomel-omelin aja sama ibu bapaknya. Lagi-lagi berdiri di depan kita. Kalau dari cerita anak-anak saya, jadi dia itu udah antri di depan. Lalu mungkin karena sendiri, dia pindah ke belakang di samping ayah ibunya.
Kedua orang tuanya malah maki-maki kasar lagi ke anaknya. "Bego banget si lu! Udah antri di depan pake pindah!..*&^%$#@ (si ibu sama bapak bersahutan memaki si anak). *Ini ortu pendidikannya apa ya, mereka sekolah gak sih *KZL
Si anak lagi-lagi wajahnya datar, tanpa ekspresi.
Dia berusaha terlihat tidak menangis, dia sadar, bukannya mendapat pelukan malah cercaan makian lagi.
Baca: Ke Singapura: Pertama Kali Ke Luar Negri Bareng Anak
Saya menilai, jika kedua orang tuanya pasti sering melakukan kekerasan fisik ke anaknya di rumah. Lihat saja di tempat umum, mereka nggak bermasalah menampar dan menonjok anaknya. Jika kedua orang tuanya kompak melakukan kekerasan, lalu kepada siapa si anak berlindung?
Ternyata, orang modern kalangan menengah ke atas itu tidak menjamin memiliki kecerdasan emosional. Entah, apakah attitude mereka sudah bawaan lingkungan, genetik atau sudah sifat dasar mereka, jadi pendidikan nggak mempengaruhi sikap ke anak. Apa mungkin, mereka berdua temperamen, jadi anak yang kena sasaran kambing hitam. Anak paling gampang dijadiin sasaran toh? Karena mereka anak, masih kecil, gak bisa berontak, nggak boleh melawan ortu.
Terus...
Si sulung sama si tengah heboh membahas insiden tersebut. Mereka ngomong sambil memeragakan bagaimana bapak dan ibunya menampar. Keduanya terlihat excited melihat kejadian tersebut.
Sulung: Anaknya dimaki-maki, ngomongnya gini...bla bla..blaa..
Tengah: Aku liat, bapaknya nampar anaknya, ibunya ikutan marah bla bla bla..kasian anaknya cuma diem.
Lalu aku tanya mereka, bagaimana perasaan mereka melihat kejadian itu.
Si tengah yang ekpresif: "Aku kasihan banget sama anaknya, dimarah-marahin cuma diem. Mukanya biasa aja, gak ada takut. Kayaknya udah biasa."
Kalau saya adalah penggemar berat ketiga anak saya.
Saya nih sama anak termasuk lebay. Anak saya tiga, laki-laki semua. Sejak mereka bayi, saya bertubi-tubi memberikan mereka ciuman dan pelukan. Apalagi anak bayi itukan pipinya seksi kayak bapau, jadi gemes kalau dicium-cium bertubi tubi, lol.
Kalau sulung sekarang udah SMA, udah nggak mau lagi dipeluk. Udah malu, tingginya udah lewat dari saya. Jadi kalau bangunin dia untuk sholat subuh, kadang saya colong cium pipinya. lol.
Kalau si tengah, anaknya ekspresif. Dia masih suka peluk saya dan cium, mungkin karena belum puber. Tapi nggak juga sih, karakter mereka berdua berbeda. Nah kalau bontot, karena masih balita, wanginya masih bayi, habis deh saya cium-cium dan peluk. Kadang dia membiarkan emaknya lama mencium pipinya, dia senyum-senyum.
Buat saya, peluk dan cium ke anak itu seperti kewajiban, juga sebagai ungkapan sayang ke anak, sehingga anak merasa percaya diri dan nyaman, anak akan merasa kalau dia punya orang yang selalu akan membelanya apapun yang terjadi. Saya sehari gak cium anak kayaknya ada yang hilang.
Dalam kisah dari 'Aisyah, ia berkata :
"Datang seorang arab badui kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata, "Apakah kalian mencium anak-anak laki-laki?, kami tidak mencium mereka". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, "Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari hatimu" (HR Al-Bukhari no 5998 dan Muslim no 2317)
Sentuhan sayang itu ke anak penting banget moms dads.
Hasil dari nguping:
Hasil dari nguping:
1. Saya pernah mendengar cerita dari seorang teman yang mengajar di TK Internasional. Ada seorang anak laki sangat nakal di kelas, dia selalu menjahili teman-temannya. Setelah ditelusuri ternyata dia nggak pernah diberikan sentuhan kasih sayang dari ortunya. Ketika guru-guru disekolah membelai sayang ke anak itu, dia jadi lembut. Dan anak itu ngomong kalau ibu bapaknya tidak pernah memeluk dan menciumnya. huhuhuu
2. Sejak resign, saya jadi sering ajak bontot ke taman dekat rumah, di sana banyak pengasuh anak yang membawa anak asuhnya bermain. Mereka cerita, majikannya itu tidak pernah menyentuh, menggendong, mencium apalagi memeluk anak-anaknya. Habis pulang kerja, mereka masuk kamar. Anak tidur sama pengasuh, mereka nggak perduli anak-anaknya udah makan atau belum.
3. Ada sebuah keluarga 4 anak. Paling kecil anak perempuan, 4 tahun, dan ketiga anaknya (yang pertama kost karena kuliah) diasuh oleh pembantu. Ibu dan bapak mereka bermasalah dalam berhubungan, nggak ada komunikasi. Ibunya full kerja, berangkat subuh pulang malam. Ayahnya, kadang kerja , kadang nggak. Bahkan jarang pulang.
Anak-anak sering terlantar bahkan sering nggak ada makanan di rumah. Kadang anaknya yang paling kecil dijajanin tetangga karena lapar. Kini, ketika hubungan ortu itu makin parah dan si pembantu akan berhenti kerja, si ibu malah menawarkan anak bungsunya untuk diasuh (padahal anak perempuan satu-satunya).
Hey, Mom, dads, banyak pasangan suami istri yang ingin punya anak, mengasuh anak, sudah berusaha maksimal dengan keluarkan biaya ratusan juta, mereka sulit punya anak. Tapi ketika Allah sudah memberikan kepercayaan dan menitipkan anak, tolong dong dijaga dengan baik, itu amanah. Jangan disia-siakan. Anak itu masa depan, calon penolong ortunya untuk ke surga kelak.
Semoga anak-anak yang 'kurang' kasih sayang dari ortunya itu, jika besarnya nanti, jadi orang yang berguna dan tidak akan pernah menelantarkan anak-anaknya kelak, Amin Ya Allah.
Semoga Bermanfaat
Emaknya Trio Mamat yang Prihatin Maksimal
Aku pernah lihat yg kaya gitu juga mbak, anaknya yg msih TK 0 ga mau nulis malah di kata2 ini bego2, dicubit, ga masuk rengkin malah bilang ke org2 anaknya males. Ya ampun miris ya, seakan akan orangtua ini Mengajarkan kekayaan, kesuksesan dari luar tanpa mikirin si anak. Dari cerita di atas tentang betapa berharganya jam mahal dibanding perasaan anak. Mungkinkah ia anak angkat? Hehe Duh jadi kepo 😂
ReplyDeleteTks for sharing Dari situ juga aku Makin byk belajar mendidik anak yg baik menurut ajaran rasullulah. Sampe sekarang anak ku masih sering aku ciumin Apalagi klo bangun tidur keringatnya banyak bgt. Malah dia jd sering bales cium akuh klo lg ga fit 😘
Ya Allah anaknya masih TK. Mungkin itu bukan ibunya, kalau ibunya kayaknya gak mungkin ampe segitu marahin anak di tempat umum, masih TK lagi whic is 4-5 tahun..Semoga ibunya dikasih hidayah dan sayang dgn anaknya, amin
ReplyDelete