#SwitchableMe: Acer Switch Alpha 12, Pilihan Tepat untuk Seorang Freelancer


Menjadi wartawan, tentu tak jauh hidupnya dari dunia tulis menulis. Percaya nggak percaya, saya punya laptop itu baru tiga tahun belakangan. Padahal saya sudah menjadi wartawan sejak 1999, dan keinginan punya laptop itu sudah lama sekali. Selama ini saya menulis berita di kantor, yang tentunya mengandalkan fasilitas yang sudah disediakan kantor.

Jadi memang takdirnya begitu, saya terima saja ketika akhirnya bisa membeli laptop sendiri meski dengan jenis yang standar.

Hampir 2 tahun ini saya memutuskan untuk menjadi freelancer. Selain menjadi blogger, saya juga masih menjadi kontributor jurnalis di Tempo.co, tempat kantor saya yang lama. Tanggung jawab saya tak jauh berbeda ketika masih menjadi karyawan di Tempo Inti Media. Yaitu, menulis berita, mengedit berita dan meng-upload berita hingga naik ke Tempo.co. Bahkan sesekali saya masih meliput.

Bersama teman Tempo ketika mendapat kesempatan wawancara Pak BJ Habibie di kediamannya


Bersama dengan teman-teman wartawan
Tapi namanya kontributor, tentu penghasilan yang diterima sesuai  dengan berita yang saya upload hari itu.
Banyak yang mempertanyakan kenapa saya memutuskan untuk menjadi kontributor, padahal sudah enak kerja di media sebesar Tempo.

Well, saya memutuskan memilih menjadi kontributor dan freelancer setelah saya melahirkan di usia yang sudah tidak muda ini (Lol).  Hidup ini tidak indah jika tidak diberi cobaan.

Ujian dan cobaan yang diberikan yakni ketika  baby terkena atresiasi yeyunum, yakni usus kecilnya tersumbat sehingga sulit membuang kotoran sejak di dalam kandungan. Di usia 3 hari, baby harus berada di meja operasi, lalu harus membuang kotoran lewat perut. Dan operasi kedua dilakukan ketika usianya 4 bulan, ketika usus yang keluar dan dijadikan pembuang kotoran itu harus ditutup.

Dengan baby bontot
Tentu saya tidak bisa meninggalkan baby dengan kondisi seperti itu, dan dititipkan ke pengasuh. Kayaknya tega banget, selain itu saya nggak bisa membayangkan harus jauh dari si bontot.

Dengan segala ikhlas, akhirnya saya bekerja dari rumah, mengandalkan koneksi Wifi dan laptop yang kadang ngambek karena jenisnya yang standar itu. Si laptop sering bolak balik masuk 'dokter laptop'. Namanya juga laptop standar, jadi fasilitas yang ada juga pas-pasan.

Jadi kegiatan saya itu setiap pagi, -jika baby sudah tidur-, saya duduk manis di depan laptop. Saya bekerja untuk Tempo.co, sekaligus menulis 'curhatan' di blog. Tapi itu hanya bertahan tidak lama. Satu jam kemudian, saya tidak bisa menyentuh laptop karena harus mengurus baby dan mempersiapkan makanan malam harinya untuk kedua abangnya si bontot. Bekerja kembali di depan laptop, jika baby sudah tidur, itupun jika saya  tidak tepar kelelahan, Lol. Kebetulan di rumah, hanya dibantu oleh asisten rumah tangga pulang pergi yang kerjanya hanya 3 jam.

Bersama dengan teman-teman blogger
Bekerja yang tidak jelas waktunya itu, tentu sangat mempengaruhi penghasilan setiap bulannya, karena berita yang di upload tidak sesuai target. Kini ketika baby semakin besar, saya mulai mencari kesempatan agar bisa bekerja sesuai target.  Baby dititipkan ke bibi yang cuma bisa menjaga sampai jam 2 siang. What? Ya begitulah, namanya kita butuh jadi saya terima saja persyaratan dia, meski saya suka pulang sampai jam 4 dengan alasan tipu-tipu sedikit, Lol.

Jadi kebayang bagaimana repotnya saya bepergian sambil membawa laptop. Rumah saya di Serpong, sedangkan area liputan, event dan meeting lebih banyak di Jakarta. Dengan menggunakan kereta api dan ojek online, laptop saya tenteng ke manapun.

Jadi jika ada waktu keluar rumah itu, saya maksimalkan dengan membuka laptop untuk mengedit dan mengupload berita. Atau menyelesaikan tulisan deadline yang harus cepat dikirim.

Belum lagi, mengingat si baby cuma bisa dititip sampai jam 2 siang. Benar-benar harus multitasking, kerjaan rumah beres, kita sebagai perempuan juga masih bisa aktualisasi diri sekaligus mendapatkan penghasilan.

Beberapa minggu belakangan, saya memang sudah berfikir akan mengganti laptop berat saya itu dengan yang ringan dan mendukung untuk dibawa ke manapun.

Acer Switch Alpha 12

Jujur, saya naksir dengan notebook Acer Swicth Alpha 12. Ketika peluncurannya pada Agustus lalu, saya sudah membaca beberapa review di media tentang perangkat 2-in 1 ini.

Switch Alpha 12 diklaim sebagai laptop 2-in-1 pertama di dunia yang memadukan teknologi pendingin tanpa kipas dengan prosesor berkinerja tinggi dari seri Intel Core i5 dan Core i7.

Tertarik?

Jadi begini. Bagian unit yang berbentuk tablet dengan berbagai komponen (motherboard, prosesor, memory, storage, battery dan lain sebagainya) di dalamnya dan sebuah slave yang dilengkapi dengan keyboard.

Itu kenapa disebut switch, karena bisa diubah menjadi tablet atau notebook, sesuai keinginan dan kebutuhan. Kita hanya perlu melepas dan memasang kembali keyboard docking yang telah dilengkapi engsel magnet. Ada juga keyboard yang menempel dengan engsel magnetik ke sisi bawah Switch Alpha 12 dan bisa dilipat seperti aksesori cover pada perangkat tablet.


Dengan engsel magnet ini, melepas keyboard Switch Alpha 12 dapat dilakukan dengan cepat dan aman, pas banget dengan saya yang gaptek maksimal. Lol.

Lalu tampilan kece keyboard docking itu bukan sekadar aksesoris semata, melainkan berfungsi sebagai screen protection. Acer bahkan mendesainnya super tipis dan membekalinya lampu backlit agar bisa tetap mengetik meski sedang berada di ruangan dengan pencahayaan redup. Tidak lupa dilengkapi kickstand yang bisa diatur sudutnya hingga 165 derajat untuk memberikan sudut pandang yang diinginkan. Dengan begini, spAcer bisa mengetik, mencatat hingga menggambar lebih nyaman.


Yang paling menarik, adalah produk notebook Switch Alpha 12, ini menjadi yang pertama di dunia yang hadir dengan sistem pendinginan bernama Acer LiquidLoop™. Sistem pendingin yang baik sangat dibutuhkan sebuah notebook untuk mencegah terjadi penurunan performa perangkat akibat overheating.

Sayangnya, kebanyakan sistem pendingin notebook masih mengandalkan kipas konvensional yang ketika berputar mengeluarkan suara yang cukup mengganggu ketika bekerja. Apalagi saya kadang suka mencari tempat di luar rumah untuk bekerja, tentu akan berisik terdengar ke yang lain jika memakai notebook yang masih menggunakan kipas konvensional.

Sebagai produk 2-in-1 yang simple dan tipis dengan dimensi 292 x 201 x 15 mm dan berat hanya 1.25kg dengan slave, Acer Switch Alpha 12 mengusung spesifikasi yang cukup tinggi. Acer menawarkan dua varian dengan spesifikasi yang berbeda.

Pertama menggunakan prosesor Intel Core i7 6500U dengan storage SSD 512 GB dan memory 8GB. Sedangkan varian lainnya menggunakan prosesor Intel Core i5 6200U dengan storage SSD 256 GB dan memory 4 GB.

Acer Switch Alpha 12 menggunakan layar berukuran 12″ dengan panel IPS dan resolusi qHD 2160 x 1440 dan telah didukung mode pengoperasian layar sentuh. Tidak lupa Acer juga turut membenamkan beberapa fitur konektivitas berupa 802.11 AC dan Bluetooth v4.

Soal harga, Acer Switch Alpha 12 dengan spesifikasi Intel Core i7 dibanderol harga Rp. 19.999.000,- dan untuk varian prosesor Intel Core i5, dilepas dengan harga Rp. 13.799.000.

Alia Fathiyah



















6 comments

  1. Kalau ada Acer ini, jadi makin bisa multitasking, ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener, apalagi enteng dan bisa di swicth sesuai kebutuhan

      Delete
  2. Pada bahas Alpha 12 jadi bikin mupeng. Laptopku udah uzur. Cocok banget si Alpha 12 ini jadi penggantinya. Good luck lombanya, mbak.

    ReplyDelete
  3. Wah, kebetulan lagi nyari laptop buat mendukung blogging. Thanks ya, mak.

    ReplyDelete