Blogger v Wartawan, Mana yang Paling Eksis sekarang?


Sudah lama saya punya blog, tepatnya sejak ada Friendster, saya termasuk rajin mengisi blog. Curhat apa saja, sebagai pengganti diary yang biasa saya tulis sejak SD. Friendster wafat, saya tak hilang minat untuk terus curhat di dunia maya. Saya membuat blog lagi, di blogspot pada 2009 (www.aalfree.blogspot.com. Tapi terhenti sejak 2012, karena sibuk liputan dan deadline. Isinya nggak jauh berbeda dengan blog ini tentang dunia artis, karena memang, saya terus berkecimpung di dunia entertainment. Lalu merasa perlu eksis di dunia maya, saya iseng punya blog lagi di Kompasiana (www.kompasiana.com/aliafathiyah dan juga punya blog di wordpress (www.aliafathiyah.wordpress.com

Nah, saya mulai serius mau jadi blogger beneran pas setahun lalu, ketika saya punya baby lagi dan ingin jadi freelancer ajah. Sebenarnya, udah serius mau kelola yang wordpress, tapi ada seorang teman yang bikin saya jadi labil, kalau blogspot itu punya google, jadi lebih 'ramah' untuk ditemu di mesin pencari. Alhasil, saya punya www.surafatih.blogspot.com (yang diambil dari ketiga nama kiddos) ini, dan wordpress sudah jarang saya sentuh, meski pengunjungnya tetap banyak dan setia.

Saya baru sadar beberapa bulan ini kalau jadi blogger itu bisa menghasilkan uang. Sekarang banyak perusahaan yang mengundang blogger untuk minta ditulis event dan produknya. Tapi sayang, blogger sepertinya belum terdengar familiar oleh banyak orang. Terbukti, di beberapa event yang pernah saya datangi, kebanyakan ditulis, pressconference atau jumpa pers. Bukan bloggerconference atau jumpa blogger. Jadi blogger ini nebeng acara sama wartawan, tidak punya event sendiri tanpa embel-embel wartawan. Padahal, jaman sekarang, yang semuanya serba internet, blogger itu banyak memiliki peran penting untuk sebuah produk makin dikenal masyarakat.

Nih, sedikit saya rangkum perbedaan wartawan dengan blogger.

1. Wartawan datang ke sebuah acara karena diundang dan ditugaskan oleh kantornya. Sedangkan blogger datang, karena menilai event itu penting dan bermanfaat untuk ditulis dalam blog nya.

2. Wartawan menulis sebuah event bukan produknya. Belajar dari pengalaman saya yang menjadi jurnalis selama belasan tahun, kantor akan mengedit tulisan reporternya jika menulis soal produknya.
"Kalau mau ditulis produk, suruh mereka beriklan di sini," kata bos saya waktu itu. Tau dong, iklan harganya berapa kalau dimuat di media, puluhan, ratusan juta bahkan bisa miliaran.
Sedangkan blogger, dengan sukacita dan senang hati (ini tentu diharapkan bisa menjalin kerjasama jangka panjang dengan blogger dan pemilik produk itu) menulisnya. Sampai foto dan keterangan dengan jelas sekali.

3. Di beberapa media, wartawan diharamkan menerima amplop alias uang transport. Karena biasanya, mereka transport akan diganti oleh kantor. Sedangkan blogger 'wajib dan harus' menerima transport. Bukannya mata duitan, kita sebagai blogger mencoba realistis. Untuk datang ke sebuah acara butuh uang transport yang nggak sedikit, belum luangkan waktu. Jadi, untuk para penyelenggara acara yang mengundang blogger, lebih baik memberikan transpot dengan jumlah yang masuk akal deh. Coba bayangkan, jika beriklan di media, mau habis ratusan juta?

4. Wartawan memiliki kaidah jurnalistik, kode etik dan undang-undang press. Meski blogger tidak punya itu, dari blogger pribadi, tentu ada tanggung jawab moral dan sosial dalam menyiarkan sebuah tulisan atau artikel. Kebanyakan blogger yang saya kenal, isinya sangat bermanfaat kok.

5. Wartawan dilarang copy paste berita, atau wawancara imajiner. Artinya, wartawan tidak boleh menulis sebuah berita tanpa cover both side. Tanpa ada konfirmasi dari kedua belah pihak. Ujung-ujungnya bisa ada laporan ke polisi. Kalau blogger sepertinya sah-sah saja mengambil berita dari copy paste. Apalagi kalau blog itu bukan berisi curhatan, tapi lebih kepada tips.

Para blogger yang datang ke acara press conference biasanya dicurigai sebagai bodrek. Taukan bodrek, itu obat sakit kepala. Hehehe, bodrek itu sebutan orang yang ngaku jadi wartawan tapi nggak ada media, cuma mau duit transpotnya atau gudibeknya.

Biasanya, di lingkup wartawan itu, satu sama lain sudah saling mengenal. Coba perhatikan jika blogger datang ke sebuah event, mereka , para wartawan, biasanya mengusai acara (wkwkwkw yaiyalaaa namanya aja pressconferen bukan blogger conference). Jadi jika ada wajah baru, yang ternyata itu blogger, mereka akan mengira blogger itu bodrek. Tapi sepertinya, belakangan blogger sudah diakui dan diterima di acara-acara wartawan ya.

Jadi Blogger
Sejak jadi blogger, saya senang masuk ke dunia baru meski sedikit tak jauh berbeda dengan wartawan. Saya juga masuk ke beberapa komunitas blogger, untuk mengetahui bagaimana cara kerja mereka, pertemanan dan lainnya. Saya kagum juga, banyak blogger yang tulisannya sangat bagus dan tertata, belum lagi hadiah yang sering mereka terima. Menang lomba blog, dapat review atau endorse produk atau jadi buzzer.

Sejak dikenal jadi blogger, ada juga yang minta ditulis produknya di blog saya. Kalau ada teman yang minta tolong, saya biasanya suka nggak tega. Toh, isinya juga berupa informasi yang bermanfaat. Nggak ada salahnya saya tulis. Saya mencoba menjadi blogger yang supel, santai, luwes, nggak kotak-kotakin sebuah produk. Jadi siapa saja bisa saya tulis, selama memang produk itu bermanfaat dan informatif.

Saya nggak mau dibilang blog saya khusus gadget misalnya, atau khusus fashion, atau makanan, nggak. Saya ingin blog saya warna warni. Toh, dengan banyaknya produk dan tema bebas, saya jadi tahu lebih banyak. Wawasan jadi bertambah.

Saya pernah masuk ke sebuah komunitas. Langsung di terima komunitas terbatas untuk blogger itu. Nyaris tiap hari ada undangan untuk blogger, dan saya selalu nggak pernah kepilih karena telat daftar. Tiba-tiba, tanpa konfirmasi atau teguran, saya di banned, blog saya di block. Saya pikir gini, "elo baru juga jadi blogger belagu amat pake banned orang, nggak pake teguran lagi." Ego wartawan saya muncul saat itu.

Mungkin karena terbawa pekerjaan, saya penasaran untuk mengetahui sebab musabab sebuah kasus, saya cari informasi kenapa di banned. Saya complain di web mereka, saya tanya ke blogger di komunitas itu, siapa adminnya dan nggak lama pertanyaan saya dibalas via email. Alasannya, nggak jelas.  Mereka janji mau masukin saya ke komunitas lagi meski sampai sekarang tidak ada. I don't give a shit. Toh, bukan mereka doang yang punya komunitas blogger, maaf-maaf saja kalau saya sampai begging untuk masuk ke komunitas mereka. Nggak profesional itu, padahal tagline nya kelihatan banget ngemong sesama blogger.

Lomba Blog
Saya mungkin tergolong orang yang tidak suka bersaing. Saya baru sekali ikut kompetisi blog, soal sepatu anak JD Kids dengan Blibli.com. Itu karena baby saya memang sedang baru bisa jalan, jadi itu berdasarkan pengalaman sendiri. Saya nggak menang, heheheh.

Untuk ikut lomba blog biasanya saya lihat dulu apa hadiahnya, worth it gak, gede gak, atau cuma vocer belanja ratusan ribu rupiah. Bukannya belagu. selama jadi wartawan saya kenyang dapat dorprize vocher, televisi atau gadget atau liburan ke luar kota. Jadi, jika ingin ikut lomba saya melihat dulu, apakah persaingan itu pantas saya perjuangkan atau tidak dari hadiahnya. Sebagai seorang banci jalan, saya lebih tertarik ikut lomba blog  jika hadiahnya jalan-jalan keliling Eropa misalnya, hhihihi ngimmppiiii.

Oke sekian dulu, jika ada tambahan, monngo di bagian komentar.

Salam
AAL


No comments