Pengalaman Naik Pesawat Hercules




Adanya berita duka soal jatuhnya pesawat Hercules C-130 mengembalikan ingatan saya pada 2001 ketika bom Bali pertama meledak. Apa hubungannya Hercules dengan bom Bali? Untuk saya sih ada.

Tapi kenapa jika berbicara tentang pesawat hercules nyaris semua orang tertawa atau khawatir. "Hati-hati lho, pesawat lama." Atau, "wah, keren naek pesawat perang." Atau lagi, "Mana enak naek hercules, duduknya juga kayak naek mikrolet." wkwkwkw

Jadi begini ceritanya. Pada 2001, setelah Indonesia dihebohkan dengan bom Bali yang mengguncang seluruh dunia, pemerintah Indonesia menggelar konser keprihatinan di Garuda Wisnu Kencana (GWK). Saya yang saat itu masih bopung (bocah kampung), belum pernah sekalipun naik pesawat dan ke Bali.

Lantaran acara itu diprakarsai oleh almarhum Taufiq Kiemas, jadi wartawan di Jakarta diminta untuk datang meliput. Saya sangat tertarik dan diundang (untungnya yah). Karena mendadak dan sulit untuk membeli tiket pesawat komersil dalam waktu singkat dengan puluhan wartawan, kita diangkut dengan Hercules.

Saat itu ada 2 pesawat hercules yang mengangkut wartawan. Dan thank's God, saya medapatkan hercules yang VIP! Di dalamnya luas, ada ruang yang kursinya seperti pesawat umumnya, lalu masuk ke dalam ada meja dan kursi, ada sofa yang empuk. Sedangkan pesawat satunya lagi mirip dengan pesawat perang yang kursinya berhadapan seperti di mikrolet atau kereta.

Alhasil selama di pesawat, kita wartawan pecicilan foto sana sini saking luasnya itu pesawat. Saya duduk dengan seorang wartawan senior, selama perjalanan yang memakan waktu nyaris 2 jam, dia duduk saja serius. Kalau saya bertanya ada apa, dia selalu menjawab. "Kamu duduk saja, baca banyak doa," katanya dengan misterius.

Padahal nyaris semua wartawan di hercules itu bergembira ria (norak bingit). Lalu satu jam telah berlalu, tapi tanda-tanda untuk mendarat tidak ada pemberitahuan. Hanya mas yang disebelah saya itu menyadarinya ada kesalahan di hercules, sedangkan kami semua lebih banyak cekakak cekikik.

Ampir dua jam,  tetiba, mas di sebelah saya bergumam Alhamdulillah dan sujud syukur ke lantai pesawat. Tentu saya bingung. Lalu dia menjelaskan.

"Tadi itu saya banyak berdoa, salah satu kipas di ekor pesawat rusak. Hampir kita balik lagi ke Halim, tadi kita hanya terbang memutar saja. Tapi Alhamdulillah semua sudah bisa diatasi, kita sebentar lagi sampai di Bali," katanya menjelaskan. Tinggal saya bengong. What?? Nyaris celaka beberapa menit lalu dan hanya dia yang tahu. TERLALUUU (sok sinetron banget gue).

Dan Alhamdulillah, saya bisa menikmati Bali dan melihat langsung tempat yang di bom dengan lubang yang menganga. Naik hercules lagi? Entahlah, saya tanya-tanya dulu itu pesawat bagaimana perawatannya. Ngeri juga.

No comments